BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » YUDHISTIRA

YUDHISTIRA

Written By gusdurian on Sabtu, 21 Maret 2009 | 13.48

YUDHISTIRA


SBY sudah benar sebagai singkatan nama Susilo Bambang Yudhoyono. Nama Susilo benar karena SBY memang berusaha menjunjung tinggi etika, moral, dan akhlak. Bambang juga benar sebab SBY senantiasa berup


aya bersikap dan berperilaku ksatria penuh rasa tanggung jawab.Yudhoyono juga tepat sebagai nama seorang serdadu di masa kemelut peperangan dan kecamuk pertempuran. Namun di masa damai tanpa pertempuran, apalagi peperangan, rasanya nama Yudhoyono agak terlalu militan. Pada masa tanpa kekerasan militer, rasanya singkatan SBY lebih tepat untuk nama Susilo Bambang Yudhistira! Semua tetap sama,hanya beda untaian huruf oyono diganti menjadi istira saja, namun bisa berdampak makna lebih selaras karakter nama!

Beberapa kali, pada pertemuan di Istana Negara, saya sempat nguping perbincangan SBY dengan para menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Dari pembicaraan tingkat tinggi tersebut saya tidak merasa hadirnya daya hard-power sebagai alat pemecah masalah. Dengan kesantunan budi pekerti seperti karakter Yudhistira di lelakon Wayang- Purwa mau pun Mahabharata, SBY selalu memberikan solusi yang mengutamakan kepentingan rakyat tanpa suasana kekerasan.

Beda dari Bima yang berangasan dan Arjuna yang narsis, kepribadian Yudhistira memang cenderung lemah lembut, namun senantiasa lurus dan tegas terkemas dalam soft power. Memang sikap hati-hati dan penuh perhitungan Yudhistira rawan ditafsirkan sebagai ragu-ragu dalam mengambil putusan. Bahkan oleh para lawan politiknya, seperti Kurawa,secara sinis pesulung Pandawa ini dituduh sebagai penakut dan pengecut.

Memang Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi yang berperan mirip Batara Narada dari swargaloka itu,sempat mengeluh kepada saya mengenai sifat ragu-ragu SBY dalam mengambil keputusan, namun sebenarnya bukan pengecut atau penakut, melainkan akibat terlalu baik hati,maka enggan melukai hati siapa pun.

Sikap Yudhistira yang terlalu baik hati hingga tidak ingin melukai hati Kurawa juga sempat membuat Bima,Arjuna,Drupadi,bahkan Kresna gregetan! Saya sendiri sempat gregetan ketika SBY berlama-lama dalam mengambil keputusan mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2008.Terkesan SBY mengulur waktu akibat ragu-ragu mengambil keputusan yang memiliki kandungan dampak risiko politik dan ekonomi bukan alang-kepalang.

Terkesan SBY bimbang terombang-ambing antara pertimbangan dan perhitungan tekanan politik dengan desakan nasib rakyat. Maka ketika akhirnya SBY memutuskan untuk menaikkan harga BBM saya makin gregetan karena menganggap SBY lebih mengutamakan keselamatan politik ketimbang kesejahteraan rakyat. Beberapa hari setelah pernyataan keputusan mengecewakan itu saya sempat mempertanyakan keputusan yang saya anggap tidak merakyat itu langsung kepada SBY di kediaman pribadinya di Cikeas.

Secara sopan, halus, dengan soft-power tulus tapi tegas seperti Yudhistira, SBY memberikan penjelasan mengapa begitu lama mengambil keputusan itu. Ternyata SBY memang sekadar cermat mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin dipersiapkan untuk semaksimal mungkin mengurangi penderitaan rakyat akibat kenaikan harga BBM, yang tidak bisa tidak, memang harus dilaksanakan akibat kenaikan harga minyak dunia yang merajalela.

Terbukti setelah harga minyak dunia merosot, SBY langsung konsekuen memerintahkan, bahkan memaksakan, harga BBM di Indonesia harus ikut merosot! Saya bukan anggota partai politik, juga tidak memiliki ambisi politik, maka bukan calon anggota legislatif, calon bupati, calon gubernur, calon wakil presiden apalagi calon presiden. Karena itu tidak ada yang perlu curiga, khawatir, apalagi jijik bahwa naskah ini saya tulis demi menjilat apalagi berkampanye bagi pihak mana pun juga.

Sama sekali tidak ! Saya menulis naskah ini berdasar nurani atas kenyataan yang saya lihat, dengar, dan rasakan secara pribadi. Saya yakin para peserta Pemilu 2009 tentu sama sekali tidak akan terpengaruh— secara positif mau pun negatif—oleh isi sebuah naskah sederhana yang hanya merupakan pendapat subjektif saya seorang diri belaka, tanpa mau akibat memang tidak mampu mewakili pendapat seluruh rakyat Indonesia! MERDEKA! (*)

JAYA SUPRANA


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/222881/38/
Share this article :

0 komentar: