BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Mega-Kalla Samakan Visi

Mega-Kalla Samakan Visi

Written By gusdurian on Kamis, 12 Maret 2009 | 13.44

Mega-Kalla Samakan Visi


JAKARTA (SINDO) – Pertemuan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla akan menggagas pentingnya menciptakan pemerintahan yang kuat.


Pertemuan pemimpin dua partai politik dengan perolehan suara terbanyak pada Pemilu 2004 itu rencananya digelar hari ini di sebuah rumah di Jalan Imam Bonjol No 66 Jakarta. ”Kedua partai yang memiliki platform sama ini berkeinginan mewujudkan pemerintahan yang kuat, yakni mendapat dukungan mayoritas parlemen dan mayoritas pilihan rakyat,” kata Sekjen DPP PDIP Pramono Anung saat menyampaikan pernyataan pers bersama Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Burhanudin Napitupulu mengenai pertemuan Mega dan Kalla di Jakarta kemarin.

Dalam pertemuan hari ini, Kalla akan didampingi Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh, Sekjen Soemarsono, dan Wakil Ketua Umum Agung Laksono. Sementara Megawati akan didampingi Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) Taufik Kiemas, Sekjen Pramono Anung, dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Tjahjo Kumolo.

Menurut Pramono,pertemuan dua tokoh ini akan melahirkan kesepakatan. Lalu, secara bertahap kesepakatan dilanjutkan menjadi kerja sama PDIP dan Golkar secara lebih terlembaga. ”Mustahil politik bisa stabil dan efektif jika pemerintahan tidak kuat.Mustahil juga ada pemerintahan kuat tanpa adanya koalisi yang terlembaga antarminimal dua partai terbesarnya,”ujarnya.

Burhanudin Napitupulu sepakat perlunya pemerintahan yang kuat menjadi komitmen Golkar dan PDIP sehingga pemerintahan dapat menghemat biaya politik yang tinggi. Dia menambahkan, pertemuan Mega dan Kalla juga akan membicarakan sejumlah permasalahan bangsa seperti sistem pemilu, ekonomi, otonomi daerah, pilkada langsung, dan upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sementara untuk menindaklanjuti kesepakatan yang akan dihasilkan dalam pertemuan tersebut, masingmasing masih akan menunggu hasil pemilu legislatif 9 April 2009. Pramono dan Burhanuddin menegaskan, pertemuan tersebut belum masuk ke isu koalisi calon presiden karena masih menunggu hasil pemilu legislatif.

Namun, Burhanuddin kembali menyatakan bahwa pertemuan Mega dan Kalla bisa saja mengarah ke koalisi. Sebab, menurut dia, berdasarkan pengalaman selama ini, sangat sulit bekerja sama dengan Partai Demokrat untuk saling menghargai satu sama lain. ”Lebih baik Golkar memilih partner partai yang lebih besar, yang lebih punya kemampuan untuk saling menghargai, yaitu PDIP,” ujarnya.

Tetap Berteman

Di tempat terpisah, Jusuf Kalla mengungkapkan, pertemuannya dengan Megawati dalam rangka menjalin silaturahmi. Kalla menilai selama ini para pemimpin negeri tidak pernah saling bertegur sapa. ”Kita tidak ingin pemimpin negeri tidak tegur sama sekali. Kita harus tetap berteman,” papar Kalla di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta,kemarin.

Kalla menuturkan, selain melakukan komunikasi dengan berbagai tokoh lintas agama, partai yang dipimpinnya juga tengah menjajaki komunikasi dengan berbagai partai politik lain. ”Saya sebagai ketua umum di samping bertemu dengan tokoh agama, juga bertemu dengan PPP, PKS, dan insya Allah dengan PDIP,”tuturnya.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menyambut baik pertemuan Mega-Kalla.Menurut dia pertemuan ini sebaiknya diikuti pertemuan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Megawati.

”Saya setuju Kalla ketemu Megawati. Kalau bisa SBY juga bertemu Megawati. Politik jangan dianggap serius, politisinya saja tidak pernah serius,”ujar Syafii. Menanggapi rencana pertemuan Mega dan Kalla, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum melihatnya sebagai hal yang wajar. Dia belum melihat bahwa akan ada kesepakatan koalisi antara PDIP dan Golkar dalam pertemuan tersebut.

Kalla Pengaruhi Peta

Sementara itu, dari hasil survei empat lembaga, yaitu Center for Strategic and International Studies ( CSIS ), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), serta Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) diketahui figur Kalla menjadi kunci naik atau merosotnya suara calon presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY).

Dari temuan survei nasional yang digelar 9–20 Februari 2009 itu, Kalla masih pasangan paling ideal bagi SBY. Duet mereka mendapat dukungan tertinggi, yaitu 51,5%. ”Jika SBY berpasangan dengan Kalla lagi, pemilu presiden cukup satu putaran akan selesai,” kata peneliti CSIS Sunny Tanuwidjaja saat pemaparan hasil survei di Jakarta kemarin. Survei empat lembaga tersebut dilakukan di 33 provinsi mencakup 2.957 responden di 150 desa.

Data dikumpulkan dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terstruktur. Pengambilan sampel acak bertingkat (multi-stage random sampling) dengan margin of error +/- 1,8% pada tingkat kepercayaan 95%. Pasangan SBY-Kalla dalam survei mengungguli pasangan lain seperti Megawati- Sultan (27,1%) dan Prabowo- Hidayat Nur Wahid (9,3%).

Sementara 12% lainnya menyatakan tidak tahu. Hasil survei menunjukkan bahwa Kalla juga bisa menggembosi suara SBY. Pisahnya SBY-Kalla akan mengurangi banyak suara dukungan dari duet tersebut. Dari hasil survei, awalnya pasangan SBY-Kalla didukung oleh 69,1% pemilih Golkar. Jika SBY-Kalla berpisah, maksimal hanya 48,7% pemilih Golkar yang akan memilih SBY.

”SBY akan kehilangan paling sedikit 24% dari suara total SBY-Kalla atau 12,4% dari suara total pemilih,” papar Sunny. Lebih lanjut Sunny mengatakan simulasi tersebut dilakukan sebelum Kalla menyatakan bersedia maju sebagai capres. Jadi saat itu pemilih Golkar belum melihat Kalla akan maju. Dengan kondisi Kalla yang sudah bersedia maju sebagai capres dia melihat petanya akan berubah lagi.

Mengenai figur capres secara umum, SBY masih yang teratas dengan 46%. Disusul Megawati (17%), Sultan (4,7%), Prabowo (4,6%), Wiranto (3,6%), Amien Rais (2,2%), Hidayat Nur Wahid (2,1%), dan Kalla (1,9%). Capres lain 8,9%, sedangkan yang tak memilih satu pun 9%. Dari survei itu juga diprediksi capres masih mengerucut di dua figur yaitu SBY-Megawati.

Pengamat Politik LIPI Syamsuddin Haris yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan hasil survei empat lembaga tersebut merupakan penguat atau konfirmasi hasil survei yang sebelumnya dilansir lembaga lain. Misalnya popularitas SBY yang masih teratas dan Kalla yang masih kecil elektabilitasnya di posisi capres.

Namun dia yakin Kalla yang dinilainya mulai lincah akhirakhir ini akan memberikan pengaruh yang besar pada pilpres. ”Survei ini diambil saat Kalla belum menyatakan siap maju,”ujarnya. (rahmat sahid/maya sofia/dian widiyanarko)


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/220340/38/
Share this article :

0 komentar: