Layanan Cepat saat Darurat
Jika pasien tertangani dalam 60 menit pertama fase kritis, peluang selamat naik 30 persen.
November tahun lalu, warga Yogyakarta bisa jadi merasa lebih lega karena pemerintah kota memikirkan sisi keselamatan warganya. Hal ini terlihat dengan peluncuran layanan khusus berlabel Yogyakarta Emergency Service (YES) 118. Inilah layanan gawat darurat medis di Kota Gudeg yang melibatkan berbagai lembaga, mulai Palang Merah Indonesia, Pusat Bantuan Kesehatan 118, kepolisian, sembilan rumah sakit umum, hingga layanan pemadam kebakaran.
Layanan ini terbuka 24 jam. Seperti halnya 911 di Negeri Abang Sam, YES 118 berniat mengurangi risiko kematian, kecacatan, dan komplikasi yang sebenarnya tidak perlu terjadi bila pasien ditangani dengan cepat sebelum dibawa ke rumah sakit. Di Jakarta, meski "wajah"-nya belum berubah seperti Yogya, telah lama dikenal nama Ambulans Gawat Darurat (AGD) 118. Dengan armada berupa ambulans yang mangkal di kantornya di Sunter, Jakarta Pusat, tim ini biasanya mengantar pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit. Sering kali untuk membantu penanganan kecelakaan lalu lintas dan bencana alam, seperti banjir sehingga tersedia juga sarana perahu karet.
Lantas, bagaimana jika ada yang membutuhkan jasa darurat untuk penderita jantung? Seperti pria yang kita sebut saja Bambang, 65 tahun. Ia mengalami serangan jantung di rumah. Sang putri, Indah (bukan nama asli), 22 tahun, tidak paham harus bertindak apa. Untung ia ingat bahwa ayahnya adalah anggota pelayanan medis darurat, Medic One, maka ia segera menghubungi (021) 725 9111.
Aduan Indah ditampung oleh Medical Respons Center Medic One. Kemudian, ia segera dipandu menangani sang ayah sebelum paramedis datang. Lewat panduan, Indah melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR)--napas buatan--sebagai pertolongan pertama untuk ayahnya. Selang 15 menit, satu paramedis yang melaju dengan motor tiba di lokasi dan segera mengambil alih. Tidak lama, dua paramedis dengan ambulans juga datang.
Paramedis yang terhubung dengan dokter ahli melakukan kejut jantung dengan defibrilator di dada Bambang. Setelah ada tanda-tanda kehidupan, Bambang diinfus dan dibawa ke rumah sakit rujukan dengan ambulans. Kemudian, Medic One bertanggung jawab penuh atas pengaturan administrasi rumah sakit hingga pemantauan medis. "Pelayanan ini adalah respons dari kurang cepatnya rumah sakit umum yang melakukan tindakan medis darurat," kata Direktur Medic One Ronny Adhipurna seusai peluncuran jasa ini di Jakarta, Kamis lalu.
Menurut Ronny, di Jepang, ambulans bisa tiba ke lokasi kejadian dalam waktu empat menit. Apalagi di sana banyak pos ambulans yang disiagakan. Sedangkan di Jakarta, laju ambulans terhalang kepadatan lalu lintas dan keterbatasan armada rumah sakit. "Padahal, jika pasien berhasil melalui 60 menit pertama fase kritisnya dengan penanganan baik, kemungkinan selamat bakal meningkat 30 persen," kata ayah dua anak ini.
Beberapa tahun lalu, Ronny ditinggal adiknya karena serangan jantung. Si bungsu melewatkan "periode emas"--kurang lebih satu jam setelah gejala--karena ambulans datang 47 menit kemudian. Untuk itu, anak keempat dari neurolog dr Adhipurna ini mendirikan Medic One sebagai jawaban. Dalam operasinya, Medic One memakai satu ambulans advance dan satu ambulans basic. Di dalamnya, dilengkapi alat monitor keadaan jantung, napas, dan tekanan darah, alat kejut jantung, oksigen, pengisap lendir, serta alat pendukung medis lain. "Selain ambulans, dua armada motor digerakkan lebih dulu untuk penanganan lebih cepat," kata Dodi Hidayat, salah satu paramedis.
Untuk sementara, layanannya masih terbatas di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan karena baru ada dua klinik. "Untuk yang Utara nanti dulu, karena masih takut banjir," ujar Ronny. Total paramedis 21 orang dengan sertifikat Australian Registry Emergency Medical Technician (AREMT). Ditambah dua dokter spesialis gawat darurat, salah satunya Kepala Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Fatmawati, dr Ugi Sugiri Sp.EM. Di Medic One, Ugi ditunjuk sebagai senior medical officer. di Indonesia, medis spesialis gawat darurat baru ada 10 dokter.
Namun, untuk mendapat layanan cepat ini, perlu biaya besar dan pendaftaran terlebih dulu sebagai anggota. Ada tiga kelas dengan biaya masing-masing Rp 3 juta, Rp 7,4 juta, dan Rp 17,5 juta. "Ini untuk keluarga yang berjumlah empat orang," kata Manajer Operasi Medic One, drg Savitri Wirahadikusumah, MPH. Untuk individu, paling rendah Rp 1,4 juta dan tertinggi Rp 9,7 juta. Namun, menurut Savitri, tidak menutup kemungkinan Medic One melayani pasien nonanggota.
Sampai saat ini, layanan ini merujuk 324 rumah sakit, baik di Indonesia maupun Singapura. "Syaratnya, rumah sakit harus memiliki fasilitas emergency rescue," ujar Savitri. Berdasarkan pengalaman operasi Medic One setahun belakangan. Ronny mengatakan, penanganan yang paling sering dalam kondisi darurat ada empat, yaitu perdarahan, tersedak, napas buatan, dan serangan jantung.
Di negara maju, kata Savitri, penanganan mendasar untuk empat kejadian ini sudah dikuasai oleh anak usia sekolah dasar. Sebab, pertolongan pertamanya sangat sederhana. Ia mencontohkan, jika terjadi perdarahan di tangan, ditekan saja pembuluh darahnya. Bisa diikat atau digenggam erat sampai darah tidak keluar. Lalu, angkat dan diposisikan di atas jantung. Untuk yang tersedak, ada istilah back slap, yakni menepuk punggung si korban. "Namun, bukan digebuk, melainkan di-slide punggungnya," ujarnya. Kemudian, napas buatan harus dilakukan dengan menekan 30 kali di antara buah dada korban. Lalu, dibuatkan napas buatan sebanyak dua kali. Hal itu diulang hingga si korban menunjukkan reaksi. HERU TRIYONO
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/24/Gaya_Hidup/krn.20090324.160375.id.html
Layanan Cepat saat Darurat
Written By gusdurian on Selasa, 24 Maret 2009 | 12.02
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar