BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Kampanye Tidak Mencerdaskan

Kampanye Tidak Mencerdaskan

Written By gusdurian on Rabu, 18 Maret 2009 | 11.44

SUARA MAHASISWA, Kampanye Tidak Mencerdaskan


DALAM hajatan pemilu, kampanye parpol dan caleg memang penting.Pada titik ini, tampaknya masih tersirat kesan bahwa elite politik menganggap masyarakat kurang cerdas.


Ada sebagian parpol dan caleg menebar iklan kampanye yang cenderung mengasumsikan masyarakat tidak kritis. Seperti kita lihat, ada parpol memanfaatkan suatu kebijakan penurunan harga BBM untuk memikat hati masyarakat. Tentu kita bisa bertanya,apakah parpol yang mengiklankan itu melupakan efek kenaikan harga BBM?

Boleh jadi penurunan harga BBM tidak sebanding dengan penderitaan masyarakat ketika harga-harga kebutuhan pokok melambung akibat kenaikan BBM. Lagipula penurunan itu adalah keniscayaan, karena harga minyak dunia memang sedang terjun bebas. Kalau pemerintah menurunkan pada waktu harga BBM naik baru lain cerita,hal seperti itu bisa saja diklaim sebagai keberhasilan.

Terkait klaim keberhasilan pemerintahan,tidak hanya satu parpol yang memanfaatkannya. Apa pun kebijakan dan hasil kebijakan yang ternyata berkontribusi positif bagi masyarakat dijadikan senjata kampanye. Namun entah siapa yang mau menjadikan kasus lumpur Lapindo dan derita korbannya sebagai materi kampanye.

Isu itu terlalu sensitif untuk dijadikan isu kampanye.Bahkan para caleg dari daerah Sidoarjo mungkin kurang berani mengangkat isu itu. Jika parpol dalam kampanye selalu menampakkan yang baik, itu merupakan keniscayaan.Pertanyaannya,benarkah wajah negeri ini benarbenar baik seperti diiklankan beberapa parpol yang mengungkap keberhasilan roda pemerintahan?

Disadari atau tidak,lapisan masyarakat yang hidup tertindas di negeri ini seolah-olah dianggap tidak ada.Masyarakat marginal adalah suara bisu yang tak terdengar di telinga elite politik yang berburu kekuasaan. Misalnya korban lumpur Lapindo,keberadaan anak jalanan, tenaga kerja yang teraniaya, dan balita gizi buruk dilupakan.

Mengapa yang diklaim adalah keberhasilan? Mengapa yang diklaim bukan kegagalan? Di sisi lain,ada parpol dan caleg memanfaatkan penderitaan masyarakat sebagai jualan kampanye. Mereka hanya bermain angka statistik tentang penderitaan rakyat. Mereka juga melambungkan harapan masyarakat, dan lagi-lagi, tak memberikan konsep jelas tentang cara mereka untuk mengentaskan penderitaan rakyat itu.

Siapa pun caleg akan berkata memperjuangkan masyarakat kecil. Pengentasan masyarakat dari kemiskinan, pembukaan lapangan kerja, penyediaan pendidikan murah, dan sejenisnya menjadi tema parpol dan caleg dalam kampanyenya. Pernyataan-pernyataan klise yang acap disuarakan parpol dan caleg karena memang tidak mungkin ada parpol dan caleg berkampanye tidak untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat.

Jika mau jujur, belum ada parpol dan caleg menjabarkan secara lebih terperinci langkah-langkah pelaksanaan programnya.Yang dilakukan hanyalah mengandalkan kalimat-kalimat propaganda dalam kampanyenya. Bahkan,ada juga sebagian parpol dan caleg melakukan money politics untuk membeli suara masyarakat.

Dari kampanye seperti itu,kualitas dan kemampuan yang sesungguhnya dari parpol dan caleg dalam memperjuangkan kemaslahatan hidup masyarakat belum bisa diketahui secara benderang.Wallahu a’lam bissawab.(*)

Hendra Sugiantoro
Mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY)



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/221615/
Share this article :

0 komentar: