BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Dato' Sabri Ahmad, KEPALA LEMBAGA MINYAK SAWIT MALAYSIA

Dato' Sabri Ahmad, KEPALA LEMBAGA MINYAK SAWIT MALAYSIA

Written By gusdurian on Rabu, 11 Maret 2009 | 13.21

Dato' Sabri Ahmad, KEPALA LEMBAGA MINYAK SAWIT MALAYSIA
Kita Perlu Juga Mengatur Stok
Upaya menstabilkan harga dan stok minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi agenda utama Malaysia untuk bertahan dari badai krisis global. Malaysia juga menggalakkan penanaman kembali (replanting) kelapa sawit dengan memberikan insentif. Meski permintaan CPO untuk biofuel menggiurkan, negara jiran itu tetap memprioritaskan CPO untuk bahan makanan.

Berikut ini petikan wawancara Kepala Lembaga Minyak Sawit Malaysia (Malaysian Palm Oil Board) Dato' Sabri Ahmad dengan Ismi Wahid dari Tempo di sebuah hotel di Jakarta, Selasa pekan lalu, tentang geliat bisnis CPO di negara jiran itu.

Bagaimana prospek bisnis CPO di Malaysia saat ini?


Kalau dari segi harga, sekarang sekitar RM 1.800-2.000 per tahun. Jadi ini harga yang agak baik, tapi tidak juga lumayan. Dalam industri sawit, harga tertinggi dicapai pada Maret 2008. Harga sawit mencapai RM 4.000 per ton atau hampir US$ 1.400 per ton. Kemudian jatuh dalam tahun yang sama pada November hingga menjadi RM 1.400 per ton atau US$ 400 per ton. Sekarang sudah stabil kembali. Yang penting harga stabil.
Bagaimana dengan produksi CPO di negara Anda?


Untuk produksi, pada 2008 jumlahnya lebih-kurang 17,7 miliar ton. Tahun ini mungkin stabil atau naik sedikit, tak begitu banyak. Ini karena pohon sawit, dalam siklusnya tiga tahun, fasenya stres. Karena banyak diproduksi pada 2008, tahun ini produksinya menurun. Yang kedua, pemerintah Malaysia menggalakkan industri sawit agar replanting karena kelapa sawit yang umurnya 25 tahun ke atas hasilnya akan berkurang. Jadi digalakkan untuk ditanam semula dengan memberikan insentif kepada pengusaha dan petani.
Berupa apa insentifnya?


Benih dan uang. Melalui Lembaga Minyak Sawit Malaysia disiapkan RM 200 juta untuk replanting 100 ribu hektare.
Bagaimana strategi Malaysia agar tidak terjadi penimbunan minyak?


Kalau dilihat dari segi ekonomi, makanan itu tidak ada perbedaan dari segi demand pada saat krisis ataupun tidak. Karena semua orang perlu makanan. Permintaan dari negeri Cina yang besar, India juga. Permintaan dunia tidak menurun.
Krisis global saat ini tidak mempengaruhi?


Tidak berpengaruh. Misalnya permintaan Amerika Serikat meningkat karena isu nutrisi. Mereka perlu gunakan minyak sawit karena baik dari segi nutrisi dan kimianya.
Bagaimana Malaysia mempertahankan produksi kelapa sawit agar tetap stabil?


Kalau kita tidak melakukan penstabilan stok, manajemen produksi, akan rugi untuk produsen dan negara. Sebaiknya kita perlu juga mengatur stok. Yang penting minyak sawit itu fokus pada makanan. Kalau harga baru jatuh, perlu ada satu channel lain, yaitu untuk biodiesel. Itu akan menguntungkan. Di dunia, permintaan biodiesel saja hampir 700 juta ton. Namun, produksi Indonesia dan Malaysia tidak cukup untuk itu.

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/03/11/Ekonomi_dan_Bisnis/krn.20090311.159200.id.html
Share this article :

0 komentar: