Fakta sejarah membuktikan, bangsa yang besar selalu bangkit melalui perjuangan yang berat. Selalu melalui jalan yang terjal sebelum mencapai puncak kejayaan.
Mereka tidak saja melalui perjuangan fisik namun juga melalui pemikiran-pemikiran positif, kreatif, inovatif dan memiliki perspektif jauh ke depan. Globalisasi dengan cepat mampu mengubah situasi di sekeliling kita, termasuk di bidang pendidikan.
Indikasi perubahan dalam pendidikan dapat dilihat pada kecenderungan kesadaran pemerintah dan masyarakat dalam memperbaharui dan meningkatkan kualitas kurikulum, kualitas guru, penggunaan teknologi informasi, penggunaan sistem bilingual. Demikian pula kecenderungan standar penyelenggaraan layanan pendidikan, cenderung kepada institusi berstandard internasional.
Dampak globalisasi terhadap Perguruan inggi (PT) atau Universitas dapat diamati dengan adanya respons terhadap kebutuhan meningkatkan daya saing (competetive advantage).Jika sebuah lembaga pendidikan tinggi memiliki daya saing yang tinggi di tingkat global, itu akan mengatrol citra bangsa, sekaligus dapat meningkatkan kesuksesan negara dalam menyejahterakan rakyatnya.
Kita perlu menyadari bahwa bangsa ini memiliki potensi untuk peningkatan daya saing tersebut, terutama dengan pengelolaan sumber daya alam,keragaman budaya dan sumber daya manusia melalui pendidikan. Karena itulah pengembangan Universitas sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi harus dilaksanakan dengan strategi yang tepat. *** Untuk dapat meningkatkan daya saing, kita perlu mengetahui posisi Indonesia dalam human development index (HDI).
Berdasarkan data yang dikeluarkan UNDP (2008) HDI kita naik peringkat dari 108 menjadi 107, namun peringkat kita masih 2 tingkat lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam (105) dan masih jauh dengan Singapura (25), Brunei (30),Thailand (78), Filipina (90), Malaysia (63), namun Indonesia masih lebih baik dari Kambodja (131), dan Myanmar (132).
Angka partisipasi kasar untuk masuk perguruan tinggi (tertiary) di Indonesia masih sangat rendah sekitar 17,28% dari jumlah penduduk usia 19-24 tahun (25,3 juta). Banyak dari golongan usia itu yang belum mengenyam pendidikan tinggi baik karena alasan ekonomi maupun karena rendahnya daya tampung. Atau mungkin para orang tua sudah menganggap lulusan perguruan tinggi tidak menjanjikan apa-apa karena kualitasnya makin menurun.
Universitas harus mampu menjadi institusi yang bukan hanya sebagai produsen pengetahuan akan tetapi juga sebagai lembaga pembentuk manusia yang mandiri dan mampu memecahkan berbagai persoalan individu maupun bangsa melalui cara berpikir yang jauh lebih kreatif,inovatif, proaktif dan antisipatif.
Apabila halhal positif dilaksanakan dan disiapkan oleh Universitas, maka otomatis pelanggan eksternal akan berduyunduyun masuk Universitas, apalagi jika Universitas mampu meningkatkan ”graduate employable”-nya. Namun kenyataannya jumlah PTS meningkat dari sekitar 38% sejak 2002 (1.846) menjadi 2.556 PTS (2007), akan tetapi diikuti oleh penurunan jumlah mahasiswa yang masuk PTS.
Berkaitan dengan peningkatan kualitas, pemerintah tidak lepas tangan khususnya terhadap PTS, namun berbagai bentuk bantuan yang telah ditawarkan tidak mendapat respon dari PTS.Akibatnya,hasil akreditasi terhadap program studi di PTS mengalami penurunan dari A (16%), dari B (13%),tetapi dari C justru naik sekitar 29%.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh THE-QS WORLD Universities Rangking (2008), kita patut berbangga karena Universitas Indonesia naik peringkat dari posisi 395 (2007) menjadi 287 (2008),walaupun masih jauh dibandingkan dengan posisi National University of Singapore (30), Nanyang Technological Univ (77), Chulalongkorn Univ. (166), dan Universiti Kebangsaan Malaysia (250) sesama negara ASEAN. Kerja keras yang dilakukan teman-teman UI selayaknya dapat kita jadikan contoh.
Terdapat 4 kriteria yang dijadikan dasar pengukuran yaitu (1) research quality; (2) teaching quality; (3) graduate employability; dan (4) international outlook.Pengalaman menunjukkan, masih banyak PT kita yang belum sanggup menghasilkan penelitian yang berkualitas sehingga tidak dilirik oleh sektor industri atau dipatenkan atau ditulis dalam jurnal-jurnal internasional.
Alhasil citation index kita masih tidak mampu bersaing dengan PT-PT di luar negeri. Akan tetapi perlu juga dipertanyakan penelitian-penelitian dosen kita secara kuantitas. Lembaga penelitian tampaknya lumpuh dalam memotivasi para dosen untuk meneliti dan ikut bersaing dengan PT lain. Bahkan dikhawatirkan ada PT yang belum memiliki lembaga penelitian.Minimnya budaya riset bisa jadi karena kemungkinan para dosen bahkan guru besar lebih senang mengajar dari pada meneliti. ***
Sudah saatnya setiap PT merevisi strateginya dalam ikut bersaing di era globalisasi ini dengan manajemen strategik yang lebih fokus pada komponen perencanaan strategik,di samping strategi implementasi dan evaluasi serta monitoring.
Prioritas perlu diberikan kepada pengembangan sistem pelayanan prima dengan lebih menekankan pada kecanggihan information and communication technology (ICT), sehingga pelanggan tidak lagi antre di loket untuk keperluan administrasi akademik yang terkesan seperti pelayanan SD inpres, padahal sudah level Universitas. Rekrutmen staf dan dosen juga hendaknya lebih menekankan kepada tiga penguasaan yaitu bahasa Inggris, komputer, dan yang paling penting adalah penguasaan metodologi riset.
Pengembangan SDM pun sudah saatnya tidak hanya fokus pada Human Resources Management, tetapi perlu juga dilengkapi dengan Human Capital Managementdi mana penekanan lebih pada pengembangan staf dan dosen sebagai aset dan bukan semata perhitungan biaya (Hall,2008).
Lembaga penelitian dapat berbuat lebih maksimal terutama dalam memotivasi para dosen dan mahasiswa untuk lebih mampu bersaing mengajukan proposal ke Dikti atau ke lembaga-lembaga lain yang menawarkan dana.Anggaran pun juga harus lebih proporsional untuk kegiatan-kegiatan seminar hasil penelitian dan juga pengembangan jurnal-jurnal.
Melalui kegiatan ini Universitas akan mampu meningkatkan citation index, khususnya berkaitan dengan bidangbidang unggulan terutama dalam bidang budaya, bahasa, dan seni, atau mungkin juga bidang kedokteran atau biologi tropis.Bidang-bidang itulah yang mendorong kita dalam bersaing sebagai Universitas dengan citation index tinggi.
Untuk itu perlu juga dibentuk berbagai pusat studi atau pusat-pusat riset yang mungkin dapat didorong menghasilkan jurnal-jurnal bertaraf internasional. Iklim atau atmosfer kampus juga lebih mengarah kepada pembentukan dan pemupukan jiwa kewirausahaan bagi segenap civitas academika, sehingga pimpinan PT lebih mudah mendiseminasi berbagai ide yang inovatif dan kreatif.
Paradigma 3 in1 yang dikemukakan oleh Menteri tenaga kerja dan transmigrasi, yaitu training–sertification– placement dapat juga diterapkan untuk meningkatkan graduate employability. Dalam hal ini diperlukan adanya kerja sama yang erat antara PT dengan sektor industri.Kerja sama dengan PT-PT luar negeri bukan saja dapat dipakai sebagai benchmark tetapi juga dapat meningkatkan international outlook, khususnya dalam penyelenggaraan konferensi-konferensi.
Namun apapun upaya telah kita lakukan, dalam sebuah institusi apalagi institusi PT seperti Universitas, faktor penentu adalah leadership.Faktor ini sangat menentukan efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan PT yang telah dituangkan dalam visi dan misi berdasarkan visi.
Diplomat Prancis Talleyrand pernah berkata,”I am afraid of an army of 100 sheep led by a lion than an army of 100 lion led by a sheep(Robbins&Judge,2009). Berdasarkan pengamatan, sering tampak pimpinan yang tidak sanggup membedakan antara managementdengan leadership,sehingga berdampak pada pengelolaan yang salah urus (miss management).
John Kotter dari Harvard Business School (dalam Robbins & Judge, 2009, p.419) bertutur, ”management is about coping with complexity,” sedangkan ”leadership is about coping with change.”Tiada hari tanpa perubahan (change) bisa jadi motto yang tepat dalam mengembangkan Universitas di era globalisasi.(*)
I Made Putrawan
Executive Director Comparative Education Research Centre & Policy Studies UNJ
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/212488/
Universitas di Era Globalisasi
Written By gusdurian on Kamis, 12 Februari 2009 | 12.52
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar