BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sunat-menyunat, Setor-menyetor

Sunat-menyunat, Setor-menyetor

Written By gusdurian on Kamis, 12 Februari 2009 | 12.10

Angkringan
Sunat-menyunat, Setor-menyetor
Jabir Alfaruqi

Koordinator Komisi Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Pagi itu, Kang Eko datang ke kantor dengan senyum-senyum. Tumben, tidak biasanya aktivis antikorupsi yang rambutnya mulai memutih itu terlihat sumringah di pagi hari. Biasanya dia serius dan serius. Usut punya usut, ternyata Kang Eko baru mendapat berita tentang pernyataan orang nomor satu di Jawa Tengah perihal kegelisahannya atas merebaknya sunat-menyunat bantuan sosial.

Aku pun kaget. Kok aneh, setahuku, yang biasanya melakukan sunatan massal adalah yayasan sosial terhadap anak-anak kurang mampu. Tapi yang diungkap pak Gubernur adalah sunat-menyunat massal yang dilakukan oleh para birokrat terhadap sumbangan sosial. Padahal dana kan tidak berjenis kelamin, kok bisa disunat ya? "Wah itu isu lama tapi masih terus berjalan, bahkan kemasannya semakin canggih."

Kang Marto Pacul yang sejak awal diam lalu nyeletuk. "Mestinya bukan hanya masalah sunat-menyunat bantuan yang perlu digelisahkan pak Bibit, tapi juga adanya setor-menyetor oleh pemenang tender atau proyek."

Memang, apa yang dikatakan Kang Eko dan Kang Marto Pacul itu benar adanya. Tapi hal itu sulit dibuktikan di lapangan. Sebab, secara faktual, di atas kertas tidak ada masalah. Orang-orang yang menerima bantuan menandatangani sejumlah kuitansi sesuai dengan besaran sumbangan. Demikian juga dengan kewajiban setor oleh para kontraktor pemenang tender. Kalau hanya mencari bukti di atas kertas, tidak ada data yang bisa didapat sebagai bukti penyelewengan.

Tapi, kalau ada pengecekan secara fisik terhadap bantuan sosial di bidang fisik seperti masjid, sekolah, dan pesantren mungkin akan terlihat adanya keganjilan. Oleh karena itu, keinginan Pak Gubernur itu harus didukung oleh semua pihak, termasuk masyarakat yang menerima bantuan untuk berani melapor. Masyarakat jangan diam saja dan mau menjadi sapi perahan. Mumpung ada orang nomor satu yang berani menyuarakan, kita harus ikut cancut tali wondo.

"Kapan lagi kalau bukan sekarang. Inilah saatnya bersih-bersih dan niatan Pak Bibit harus kita dukung bersama. Kami juga akan membantu memberikan data bila kasus tersebut akan diseriusi," tutur Kang Eko.

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/12/Berita_Utama-Jateng/krn.20090212.156520.id.html
Share this article :

0 komentar: