Prospek Rekonstruksi Trowulan
Luluk Sumiarso, Ketua Yayasan Peduli Majapahit
Belakangan ini permasalahan rencana pembangunan Pusat Informasi Majapahit (PIM) dipersoalkan berbagai pihak karena lokasi PIM tepat di atas situs bekas peninggalan kota kuno Majapahit di Blok Segaran, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Karena pembangunan tersebut, banyak pihak yang selama ini kurang, bahkan tidak peduli terhadap peninggalan Majapahit di Trowulan, tiba-tiba bangkit dan sangat peduli terhadap "nasib" situs bersejarah Trowulan.
Peninggalan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan besar yang memiliki dominasi politik di Nusantara pada abad ke-13-14 memang kini tak terlihat di Trowulan. Di situs tersebut hanya bisa disaksikan bangunan candi, petirtaan, pintu gerbang, saluran air, dan sisa-sisa fondasi yang tidak diketahui lagi bentuk keseluruhannya. Ada ribuan artefak terakota, batu, dan keramik yang saat ini tersebar di museum dan kolektor dalam maupun luar negeri. Langkah konkret untuk merekonstruksi bekas pemukiman kuno, termasuk bekas kompleks Keraton Majapahit, juga belum dilakukan.
Padahal kini, dengan teknologi pengindraan georadar dan virtual reconstruction, dan dengan menggunakan pendekatan ilmiah arkeologis, rekonstruksi keraton sangat mungkin dilakukan. Peninggalan yang tersisa di Trowulan bisa dipakai melacak keberadaan kompleks Keraton Majapahit. Peta kanal hasil foto pankromatik LAPAN pada 1970 dan buku Manasara-Silpasastra yang merupakan pedoman arsitektur dan tata ruang sesuai dengan ajaran Hindu juga bisa dipakai sebagai acuan untuk membayangkan tata ruang Majapahit dengan membandingkan tata ruang keraton-keraton sejenis yang saat ini masih eksis di tempat atau negara lain.
Prioritas rekonstruksi bisa dilakukan di kawasan inti atau jantung kota Majapahit. Tapi batas-batas kota ini perlu disepakati lebih dulu karena masih terus diperdebatkan. Apakah daerah seluas 9 x 11 kilometer yang secara hipotesis diyakini sebagai batas kota kuno Majapahit berdasarkan lokasi yoni-yoni berserat nagaraja yang dipandang sebagai simbol batas magis ibu kota Majapahit, ataukah cukup daerah Trowulan saja? Keseluruhan daerah Trowulan saja sudah luas dan sulit karena kini padat oleh permukiman.
Ada dua versi dugaan letak Keraton Majapahit, yaitu di Blok Segaran atau di Blok Kedaton, keduanya di daerah Trowulan. Ada yang berpendapat bahwa Blok Kedaton dan Blok Segaran, keduanya, memang merupakan bekas pusat Kerajaan Majapahit, namun dibangun untuk dua masa yang berbeda. Walaupun belum dilakukan kajian mendalam tentang posisi keraton, terdapat dugaan kuat bahwa keraton terletak di Blok Kedaton. Di wilayah seluas sekitar 40 hektare ini terdapat temuan Candi Kedaton dengan Sumur Upasnya. Istilah Kedaton diduga berasal dari "kedatuan" atau kediaman datuk.
Di dekat Candi Kedaton juga ditemukan bekas fondasi berupa umpak-umpak yang diperkirakan merupakan bagian bawah dari suatu bangunan balai pertemuan yang cukup besar. Masih di dekat lokasi ini, ada temuan berupa lantai terakota berbentuk segi enam dengan kualitas yang cukup bagus. Sulit dimungkiri bahwa ini bukan merupakan suatu tempat tinggal keluarga berada atau keluarga bangsawan. Apalagi, di dekat temuan ini, ada daerah yang sekarang dikenal sebagai Sentonoredjo. Sentono berarti kerabat, sedangkan rejo dapat berarti ramai atau dapat juga berasal dari kata rojo yang berarti raja.
Kawasan inti dapat diperluas dengan wilayah di sebelahnya yang disebut sebagai Blok Segaran, yang diyakini oleh McClaint-Pont (1923) sebagai pusat kota Majapahit, bahkan ia telah membuat sketsanya. Wilayah ini juga kaya akan temuan, termasuk Candi Minak Jinggo, Makam Putri Campa, dan Kolam Segaran yang saat ini masih eksis dengan megah. Blok Kedaton dan Blok Segaran masing-masing dikelilingi oleh kanal-kanal yang terhubung satu sama lain, yang bisa jadi merupakan "sabuk parit" sebagaimana dimaksud dalam buku Negarakertagama.
Untuk melakukan rekonstruksi, tentu diperlukan biaya yang tidak kecil, padahal kemampuan pendanaan pemerintah sangat terbatas. Rekonstruksi dapat dibiayai dengan menggunakan pola public-private-partnership, yaitu gabungan pendanaan dari pemerintah dan swasta (philanthropist), mirip pola pembangunan rumah sakit pemerintah dengan berbagai paviliun yang disumbang philanthropist.
Sebagai pelaksana rekonstruksi, pemerintah dalam hal ini Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dapat melaksanakan sendiri pekerjaan rekonstruksi tersebut, atau memberikan penugasan kepada badan usaha milik negara yang memiliki pengalaman mengelola kawasan budaya, seperti PT Taman Wisata Borobudur sebagai "public service obligation". Perusahaan ini juga bisa menerima dana corporate social responsibility dari badan-badan usaha, baik BUMN maupun swasta, dan sumber-sumber pendanaan internasional, seperti International Heritage Fund.
Sebagai langkah awal, perlu mulai disusun suatu blueprint rencana rekonstruksi menyeluruh Majapahitpura yang akan menjadi peta jalan (roadmap) mencapai tujuan akhir, yaitu tidak hanya terekonstruksinya Majapahitpura, tapi juga terungkapnya peradaban Majapahit. Cetak biru ini tentu kita tidak perlu mulai dari nol karena bisa menggunakan Rencana Induk Penataan Arkeologi Trowulan yang pernah dibuat oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1986.
Beberapa pakar, seperti McClaint-Pont dan Slamet Mulyana, telah mencoba membuat sketsa tentang tata letak Keraton Majapahit, yang belum dituangkan dalam rencana lanskap yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bentuk Keraton Majapahit. Foto udara dan peta pankromatik LAPAN dapat dipakai untuk direka sketsa berupa gambar pandangan burung (bird's eye view). Setahap demi setahap rencana lanskapnya bisa dilengkapi dengan memasukkan sungai (yang mungkin sudah berubah alurnya), ruas jalan yang diyakini sebagai jalan yang asli, dan berbagai bangunan yang ada di lapangan, seperti Kolam Segaran, candi, umpak-umpak, dan struktur tembok yang ditemukan di berbagai lokasi.
Sebagai perbandingan, kita bisa mencontoh rekonstruksi yang dilakukan terhadap situs bekas Istana Heijo di Nara, Jepang. Istana ini merupakan istana kaisar Jepang pada abad ketujuh dan kemudian ditinggalkan ketika ibu kota pindah ke Kyoto. Sejalan dengan waktu, bangunan yang berasal dari kayu tersebut rusak dan tidak menyisakan bangunan di atas tanah. Untungnya, struktur bangunan yang di bawah tanah masih tersisa. Mirip situs Majapahit, di mana banyak sisa-sisa bangunan yang tertimbun di dalam tanah. Penggalian situs kebanggaan masyarakat Jepang ini dilakukan sejak 1954 dan ditetapkan menjadi World Heritage Site oleh UNESCO pada 1998 sebagai "Historic Monuments of Ancient Nara".
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/07/Opini/krn.20090207.156079.id.html
Prospek Rekonstruksi Trowulan
Written By gusdurian on Kamis, 12 Februari 2009 | 13.41
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar