Petani Menganggur Meningkat
"Harga komoditas (pertanian) turun lebih tajam daripada harga saham."
JAKARTA - Desa-desa yang digerakkan industri perkebunan di delapan provinsi telah merasakan dampak dari krisis ekonomi global. Hal ini akan menambah jumlah petani yang jadi penganggur. Padahal saat krisis ekonomi 1998, justru pertanian yang menyelamatkan perekonomian dengan naiknya harga komoditas akibat tingginya nilai tukar dolar.
Desa-desa di delapan provinsi itu, menurut hasil kajian Internasional Center for Applied Finance and Economic Institut Pertanian Bogor, adalah Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
"Desa-desa di delapan provinsi tersebut terkena imbas krisis ekonomi global lebih awal, yakni pada Juni 2008," kata Deputi Direktur Internasional Center for Applied Finance and Economic IPB Nunung Nuryartono di Jakarta kemarin. Ini ditandai dengan jatuhnya harga karet dan kelapa sawit di pasar ekspor.
Direktur Internasional Center for Applied Finance and Economic IPB Iman Sugema menambahkan, terjadi penurunan harga komoditas perkebunan sekitar 1 persen di delapan provinsi itu. Penurunan tersebut akan diikuti penurunan harga di tingkat petani 1,3 persen. "Harga komoditas (pertanian) turun lebih tajam daripada harga saham," ujarnya kemarin.
Ketika harga turun, Imam melanjutkan, perusahaan inti akan lebih dulu menyelamatkan lahannya ketimbang membelinya dari petani. Alhasil, petani enggan berkebun dan, jika bangkrut, akan menjual lahannya ke perusahaan tersebut.
Jika dalam enam bukan tidak ada perubahan stimulus, ujar Imam, enam provinsi diperkirakan akan menyusul delapan provinsi yang mengalami dampak krisis, yakni Yogyakarta, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.
Menurut Iman, jumlah stimulus pertanian yang hanya Rp 1,05 triliun dari Rp 71 triliun terlalu kecil. Pemerintah perlu mengevaluasi alokasi stimulus tersebut.
Di Jambi, Gubernur Zulkifli Nurdin kemarin meminta petani tidak resah menghadapi dampak krisis. Para petani diminta meningkatkan produktivitas meski harga sawit dan karet mengalami penurunan signifikan. Harga tandan buah segar sempat mencapai harga Rp 350 per kilogram dan mulai merambat naik menjadi Rp 850-1.000 per kilogram.
Begitu pula harga karet di tingkat pasar yang mulai membaik menjadi Rp 5.500-6.000 per kilogram. Namun, menurut Zainuddin, 46 tahun, warga RT 23 Desa Sridadi, Kecamatan Muarabulian, Kabupaten Batanghari, Jambi, harga karet di tingkat petani sekarang turun lagi menjadi Rp 4.000 per kilogram. DIANING SARI | SYAIPUL BAKHORI
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/09/Ekonomi_dan_Bisnis/krn.20090209.156228.id.html
Petani Menganggur Meningkat
Written By gusdurian on Senin, 09 Februari 2009 | 11.54
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar