BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Penari Jaipong Diminta Tutup Ketiak

Penari Jaipong Diminta Tutup Ketiak

Written By gusdurian on Jumat, 06 Februari 2009 | 09.46

Penari Jaipong Diminta Tutup Ketiak
"Katakanlah dari 100 persen, dikurangi 10 persen."
BANDUNG - Para seniman tari jaipongan di Jawa Barat kini harus mengubah kostum dan penampilannya jika tampil. Selain tak lagi berkostum terbuka, diharapkan bisa mengurangi lenggak-lenggok goyangan. "Bagian tubuh yang terbuka sebaiknya lebih tertutup," kata Herdiwan Iing Suranta, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, saat dihubungi Tempo di Bandung kemarin.

Menurut Herdiwan, permintaan ini sesuai dengan amanat Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, yang disampaikan melalui Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan Jawa Barat Wawan Ridwan. "Sewaktu serah terima jabatan, Pak Wawan mengatakan amanat dari Gubernur itu," kata Herdiwan.

Penegasan itu disampaikan Herdiwan menyusul isu pelarangan tari jaipongan di wilayah Jawa Barat kemarin. Isu itu sempat meresahkan sejumlah seniman tari di Bandung.

Herdiwan mengaku tak mendengar langsung dari Gubernur, pun ia tak mendapat instruksi langsung dari Gubernur. Namun, menurut Herdiwan, pejabat sebelumnya telah menyampaikan amanat Gubernur itu kepadanya secara khusus.

Selain perubahan pakaian agar tidak "lekbong" alias menutup ketiaknya, para penari jaipongan akan diminta mengurangi lenggak-lenggoknya. Setidaknya, goyang, gitek, dan geol (3G) para penari itu diperhalus. "Katakanlah dari 100 persen, dikurangi 10 persen. Toh, tidak berpengaruh nyata terhadap keindahan tarian," kata Herdiwan.

Herdiwan mengaku malah sudah meminta pendapat dua penari senior: Indrawati Lukman dan eks penari istana, Tien Rostini atau Ma Ageung. "Menurut mereka, keindahan jaipongan tak masalah dengan pakaian tertutup," ujarnya.

Herdiwan mengaku sepakat dengan amanat itu. Menurut dia, amanat Gubernur bukan melarang jaipongan, hanya mengingatkan ada sebagian masyarakat risi terhadap bagian tubuh penari yang terbuka dan gerakan pinggul yang demonstratif. "Bukan dalam rangka memasung kreativitas seniman," ujarnya.

Meski sadar permintaannya bakal memicu polemik, Herdiwan mengaku tetap berencana mensosialisasi hal ini ke komunitas seniman di Jawa Barat. "Saya pun siap dimarahi," katanya.

Gubernur sendiri, hingga berita ini diturunkan, belum bisa dimintai konfirmasinya. Melalui dua nomor telepon selulernya, Gubernur tak bisa dihubungi.

Para penari jaipongan menanggapi beragam "amanat" ini. Irma Ria menilai keinginan Gubernur sah-sah saja meskipun sang penari sendiri yang menentukan seberapa besar goyangan itu. Ini pun bergantung pada jenis lagu dan siapa yang menonton. "Ada jenis lagu jaipongan yang tak harus disertai goyangan sensual, seperti Lagu Ageung (Besar). Di situ penari malah terlihat gagah," ujarnya.

Guru Besar Sekolah Tinggi Seni Indonesia Endang Caturwati menilai penertiban kostum tak perlu dilakukan. Soalnya, di banyak daerah, kostum jaipongan kini sudah lebih tertutup. "Di daerah Pantura bahkan lebih banyak yang tertutup," kata dosen yang menulis disertasi tentang tari jaipongan itu.RANA AKBARI FITRIAWAN | AHMAD FIKRI



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/06/Nusa/krn.20090206.155963.id.html
Share this article :

0 komentar: