Hentikan Murka Raja Sungai Jawa
Bengawan Solo sudah jauh berubah dari yang diindahkan Gesang dalam syair keroncongnya yang melegenda itu. Bukan karena Gesang sekarang sudah amat sepuh untuk mengumandangkan alunan keroncong Bengawan Solo, tetapi raja sungai di Jawa beberapa tahun ini tersebut sering murka.
Kini kemurkaan si raja sungai di Jawa itu berupa ancaman air bah melimpah ruah yang "menakutkan" 12 daerah yang membentang dari Sragen, Wonogiri, Solo, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, dan Gresik.
Bengawan Solo tak sanggup lagi menampung air hujan deras dengan curah amat tinggi. Karena ketidakmampuan menampung dan mengalirkan air hujan deras ke laut tanpa hambatan, yang diancamkan ke daerah-daerah kabupaten itu ialah "semburan" dahsyat berupa banjir.
Bengawan Solo murka bukan tanpa sebab. Bukan karena dihianati lantaran jarang lagi dinyanyikan -apalagi memang sudah dienyahkan lagu-lagu pop yang tren di masa kini-, melainkan murka itu disebabkan komunitasnya tak bisa lagi memelihara dan "mengindahkan" ekosistem dan lingkungan si Bengawan Solo.
Sepanjang aliran sungai yang membelah Jawa Tengah dan Jawa timur tersebut dirusak dan dieksploitasi secara tidak berperikesungaian. Akibatnya, hulu hilir yang seharusnya meliuk-liuk eksotik itu sudah punah. Ada yang dipangkas menjadi anak-anak sungai. Banyak tangkis-tangkis di pinggirnya yang dibiarkan tergerus.
Ada pula yang bantarannya dipersempit dan digunakan untuk areal permukiman atau lahan lain. Dengan kata lain, Bengawan Solo -disengaja atau tidak- memang cenderung dirusak menjadi merana.
Maka, ketika lekukan aliran tidak bisa lagi mengalirkan air hujan deras dan ketika derasnya air yang mengalir tak diimbangi dengan tangkis yang kukuh, jadilah si bengawan yang eksotik tersebut murka. Ia mengancam akan merendamkan kawasan sekitarnya.
Ketika Bengawan Solo terindikasi mengancam 12 daerah dengan muntahan air bahnya, sesungguhnya yang tercermin adalah balas dendam. Bertahun-tahun raja sungai tersebut "disiksa" dengan eksploitasi yang sama sekali tidak ramah lingkungan. Bahkan, ketika penyiksaan itu -meminjam istilah Mahkamah Konstitusi (MK)- tergolong sistematis dan masif, yang terjadi ialah si Bengawan Solo memberontak.
Ke depan, rasanya tidak ada cara lain untuk "meredakan emosi" Bengawan Solo kecuali mengubah perilaku mirip "kolonialis" terhadap ekosistem dan lingkungan di sepanjang alirannya.
Kita harus lebih ramah sekaligus bertindak untuk memulihkan fungsi aliran Bengawan Solo secara benar dan tepat. Hutan-hutan dan kawasan penyangga di sekitarnya harus dihidupkan lagi agar Bengawan Solo ketika musin hujan tidak dipaksa mengandung air bah dalam volume di luar kapasitas kandungannya.
Persoalannya, dalam banyak hal, kita ibarat kuda tuli. Kita sering terperosok pada jurang yang sama untuk kali kesekian. Sudah tahu kalau merusak hutan bakal mengakibatkan terjadi longsor, toh tetap saja kita jarang berhenti menebang pohon-pohon penyangga di kawasan hutan yang dilindungi. Jadi, jangan salahkan jika Bengawan Solo murka.
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=50046
Hentikan Murka Raja Sungai Jawa
Written By gusdurian on Rabu, 04 Februari 2009 | 11.58
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar