Boediono: Krisis Ini Cukup Dalam dan Panjang
Rupiah diperkirakan menguat pada akhir tahun.
JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Boediono mengungkapkan krisis saat ini akan cukup dalam dan panjang. Ternyata situasi perekonomian global lebih buruk dari yang diperkirakan dan berlangsung dengan sangat cepat.
Karena itu, seluruh bank sentral se-Asia-Pasifik dalam pertemuan di Kuala Lumpur beberapa hari lalu menyepakati perlunya setiap negara memperkuat ketahanan ekonomi masing-masing.
Menurut Boediono, yang perlu dilakukan Indonesia adalah melonggarkan kebijakan moneter. Hampir semua negara melakukan hal itu dengan tahapan dan kecepatan yang berbeda-beda. Bagi negara dengan cadangan devisa yang kuat, pelonggaran kebijakan moneter bisa dilakukan dengan cepat, misalnya Amerika Serikat. Tapi, bagi Indonesia, pelonggaran kebijakan moneter harus dilakukan dengan hati-hati karena mata uang rupiah bukan mata uang cadangan devisa.
Jadi dua hal yang perlu dikendalikan adalah stabilitas mata uang lokal dan stabilitas dolar Amerika Serikat yang di luar kemampuan. Ketidakseimbangan di antara kedua mata uang itu bisa menimbulkan masalah, terutama dari segi kurs.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah memperkuat perbankan. Upaya memperkuat perbankan bisa dilakukan dengan bermacam-macam cara. "Tergantung masalah di masing-masing negara," kata Boediono dalam Rapat Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat kemarin.
Sedangkan hal terakhir yang perlu dilakukan adalah stimulus fiskal. Hampir semua negara, Boediono menambahkan, memiliki aspek stimulus fiskal sebagai paket kebijakan ekonomi. BI mendukung usulan pemerintah untuk meningkatkan paket stimulus fiskal.
"Senat Amerika Serikat sudah menyetujui stimulus fiskal sekitar US$ 800 miliar atau sekitar Rp 8.800 triliun. Jadi kalau stimulus fiskal Rp 71,3 triliun masih wajar bagi Indonesia."
Menghadapi krisis ini, menurut dia, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya relatif lebih baik jika dibandingkan dengan negara lainnya. Di Asia, hanya tiga negara yang diperkirakan masih bisa tumbuh positif, yakni Cina, India, dan Indonesia.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu sebelumnya menyatakan optimismenya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding negara lain.
"Indonesia yang tertinggi setelah Cina dan India, yang lainnya di bawah itu. Negara berkembang seperti Indonesia punya ketahanan yang lebih tinggi hadapi krisis," ujar Mari.
Untuk sektor perdagangan jasa dan properti, seperti ruko, kios, atau pasar modern, tetap akan mengalami pertumbuhan dari high end ke medium dan low end. Investasi properti, seperti sewa-menyewa, pun diprediksi relatif stabil. Apalagi, menurut Mari, banyak yang mulai melakukan konsolidasi.
Pekan lalu, pemerintah, BI, serta Komisi Keuangan dan Perbankan DPR menyepakati perubahan asumsi pertumbuhan ekonomi menjadi 4-5 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2009 dari sebelumnya 6 persen.
Departemen Keuangan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan berada di kisaran 4,5-5 persen, dengan titik tengah 4,7 persen. Sedangkan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4-5 persen, dengan titik tengah 4,5 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah saat ini berupaya memperkecil risiko perekonomian dengan mekanisme anggaran yang terfokus pada waktu, besaran, dan efektivitas. Sebagian besar negara yang terkena krisis saat ini mengalami masalah perbankan, pengangguran, dan daya beli rumah tangga.
"Untuk Indonesia lebih baik fokusnya pada dampak memburuknya ekonomi dunia," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan pekan lalu.
Asumsi makroekonomi lainnya yang juga diubah adalah inflasi disepakati 6 persen, lebih rendah dari sebelumnya 6,2 persen. Nilai tukar rupiah diubah menjadi 11 ribu per dolar AS dari sebelum 9.400 per dolar AS.
Akhir tahun
Khusus soal rupiah, BI memperkirakan akan menguat menjelang akhir tahun ini. Boediono mengatakan dolar AS akan mengalami penyesuaian karena jumlah yang beredar sangat besar. Apalagi dengan paket stimulus yang dipompakan pemerintah Amerika Serikat.
"Penyesuaian nilai tukar terhadap dolar AS juga akan terjadi pada mata uang lainnya," katanya.
Menurut dia, prediksi penguatan rupiah pada akhir tahun itu bisa dilihat dari pengalaman 2004, ketika pemilihan umum berlangsung. Pada saat itu uang yang beredar cukup banyak karena peningkatan belanja masyarakat dan partai politik. "Jadi, selain ada stimulus fiskal, ada stimulus pemilu," ujarnya.
Apalagi, Boediono mengatakan, jika pemerintahan hasil pemilihan umum dan tim ekonomi yang dibentuk dinilai kredibel oleh pasar, "Ada kemungkinan arus modal akan kembali masuk, devisa negara juga akan meningkat."
BI juga sependapat dengan asumsi nilai tukar rupiah yang diajukan pemerintah dalam RAPBN Perubahan sebesar 11 ribu per dolar AS. Meski saat ini tekanan terhadap rupiah masih terjadi, kata Boediono, asumsi itu realistis.
Nilai tukar rupiah selama pekan ini cenderung terus melemah, mendekati 12 ribu per dolar AS. Pada transaksi pasar uang antarbank di Jakarta kemarin, nilai tukar rupiah kembali melemah 30 poin menjadi 11.880 per dolar AS dibanding penutupan Rabu 11.850 per dolar AS. Bahkan rupiah yang ditransaksikan pada Rabu sempat terpuruk hingga ke level 11.930 per dolar AS.
Menurut treasury Bank Resona Perdania, Muhamad Fauzi Halim, pelemahan rupiah akhir-akhir ini banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Jadi yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah menjaga situasi yang kondusif di dalam negeri, di samping harus bisa meredam gejolak dari pasar finansial global agar tidak banyak berdampak ke pasar domestik.
Dia menambahkan, tingginya harapan sebelum Barack Obama menjadi Presiden Amerika Serikat sempat membuat pasar optimistis akan segera dapat mengurangi dampak dari resesi ekonomi. Namun, setelah dilantik dan program 100 hari kerja dicanangkan, Obama banyak mengalami kendala.
Bahkan rencana penyelamatan sektor finansial yang diumumkan Menteri Keuangan Timothy Geithner dan disetujuinya stimulus ekonomi Amerika Serikat oleh Senat tetap ditanggapi skeptis oleh investor. "Ini yang kembali memicu gejolak di pasar finansial global," ujar Fauzi pada Rabu lalu. AGOENG WIJAYA | VIVA BK | DIAN YULIASTUTI
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/13/Ekonomi_dan_Bisnis/krn.20090213.156683.id.html
Boediono: Krisis Ini Cukup Dalam dan Panjang
Written By gusdurian on Jumat, 13 Februari 2009 | 11.22
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar