BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » BelgiaTragedi Medan

BelgiaTragedi Medan

Written By gusdurian on Minggu, 08 Februari 2009 | 11.47

BelgiaTragedi Medan

SAYA bangga diundang menampilkan makalah dalam seminar tentang demokrasi Indonesia di Universitas Monash, Melbourne,Australia.

Lebih bangga lagi karena hasil seminar itu memuji proses demokratisasi di Indonesia. Media massa mancanegara yang biasanya sinis seperti TIME, Newsweek, Der Spiegel, akhirnya juga mengakui keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Yang pasti lebih berhasil ketimbang lumuran darah Revolusi Prancis—yang dianggap salah satu pilar utama sejarah dunia demokrasi.

Di tengah semarak hati berbungabunga atas prestasi Nusantara ini, mendadak hati terkoyak sebuah tragedi yang meledak di Medan,Sumatera Utara (Sumut),awal Februari 2009. Dalam bersemangat mendukung pendirian Provinsi Tapanuli, ratusan massa berunjuk rasa di markas besar DPRD Sumut lalu merangsek masuk ruang sidang utama, sambil membawa sebuah peti jenazah untuk menemui wakil rakyat yang sedang rapat paripurna.

Ketua DPRD Sumut menskors rapat itu lalu ia diseret para demonstran keluar ruang sidang sambil dicaci maki, ditarik-tarik, bahkan dipukuli oleh para pengunjuk rasa. Tidak kuat menahan serangan, Ketua DPRD yang juga Sekretaris DPD Partai Golkar Sumut itu terkapar,kemudian dilarikan ke rumah sakit,namun nyawanya tidak tertolong.

Saya mafhum semangat mendirikan Provinsi Tapanuli setelah terbukti Daerah Istimewa Nanggroe Aceh Darrussalam, disusul provinsi baru lainnya, didirikan di bumi Republik Indonesia. Secara psiko-kultural saya juga dapat mengerti semangat mendirikan Provinsi Tapanuli demi mewadahi kebudayaan Batak yang de facto memang beda dari kebudayaan Melayu.

Namun, apa pun alasannya, saya tidak dapat, bahkan tidak boleh mengerti, apalagi membenarkan pendirian Provinsi Tapanuli melalui kekerasan seperti halnya Mahatma Gandhi tidak membenarkan proses separasi negara Pakistan dari India melalui pertumpahan darah! Tidak bisa diingkari lagi,Tragedi Medan merupakan anarki berkedok demokrasi!

Tragedi Medan jelas mencoreng-moreng, bahkan menghancurkan kemolekan paras demokrasi di Nusantara yang sudah dipuja-puji bangsa-bangsa dunia! Makin tragis setelah prahara demokrasi itu terjadi, tampil upaya menelaah permasalahan secara kelirusasaran.

Yang ditelaah bukan apa yang keliru,namun langsung euforia saling menuding, saling menuduh, sibuk mencari siapa yang keliru! Setelah meringkus para demonstran, lalu semua sibuk mencari,bahkan menangkap mereka yang dianggap aktor intelektualis, seperti menangkap Rizal Ramli atas tuduhan biang keladi demo antikenaikan BBM di Jakarta tahun lalu.

Bahkan tidak sedikit yang sibuk menyalahkan karena tidak berhak menangkap aparat keamanan yang dianggap berdosa tidak mencegah demonstran masuk ruang sidang paripurna DPRD Sumut! Langkahlangkah kuratif seperti itu keliru karena sekadar simptomatis, seperti hanya minum pil pain-killer tanpa pengobatan terhadap sang sumber penyakit sendiri!

Tragedi Medan bukan sebab,namun akibat dari penafsiran dan penjabaran demokrasi secara keliru. Tragedi Medan hanya merupakan gejala, namun bukan sumber kekeliruan itu sendiri.Keliru jika yang diobati hanya rasa sakit,tanpa mengobati sang penyakit yang senantiasa siap memicu kembali rasa sakit yang baru!

Sumber Tragedi Medan niscaya penafsiran yang keliru atau sengaja dikelirukan terhadap makna sejati apa yang disebut sebagai demokrasi. Dari tafsir keliru, jelas yang bisa muncul hanya jabarkeliru! Demokrasi sama sekali bukan hak, apalagi untuk bersikap sewenangwenang memaksakan kehendak dengan kekerasan!

Demokrasi sejati justru kewajiban untuk bersikap penuh tanggung jawab, menjunjung tinggi asas Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Keadilan Sosial,Persatuan dan Kesatuan Indonesia, Perwakilan melalui Musyawarah dan Mufakat,bukan kekuasaan dan kekerasan.

Sebenarnya bangsa Indonesia beruntung sebab falsafah Pancasila sudah menyempurnakan makna demokrasi sesuai peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia. Sayang, banyak di antara kita yang menderita atau pura-pura menderita amnesia.(*)

JAYA SUPRANA

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/211573/38/
Share this article :

0 komentar: