BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Uni Eropa Berdebat mengenai Energi Nuklir

Uni Eropa Berdebat mengenai Energi Nuklir

Written By gusdurian on Selasa, 13 Januari 2009 | 12.34

Salah satu cara bagaimana ini (keamanan energi) bisa terwujud adalah dengan mendukung kembalinya energi nuklir.

PENGHENTIAN aliran gas oleh Rusia telah membangkitkan kembali perdebatan mengenai pengembangan energi nuklir di kalangan negara-negara Uni Eropa (UE).
Republik Ceko yang kini sebagai presiden UE mengatakan krisis gas Rusia menegaskan kembali pentingnya pengembangan energi nuklir. "Tentang energi nuklir, krisis ini akan berimbas pada cara kita memandang keamanan energi di semua negara UE," kata Menteri Energi Republik Ceko Martin Riman seperti dilansir AFP.

"Salah satu cara bagaimana ini (keamanan energi) bisa terwujud adalah dengan mendukung kembalinya energi nuklir," lanjut Riman dalam sebuah konferensi pers di Brussel, Belgia, Kamis (8/1).

Dua pekan lalu, Rusia memutus aliran gasnya ke Eropa yang melalui Ukraina setelah ketidaksepakatan mengenai har ga antara Moskow dan Kiev. Moskow juga menuding Kiev telah mencuri gas.

Dampaknya, perdebatan mengenai pengembangan kembali energi nuklir sebagai salah satu cara mengatasi krisis energi kembali mencuat. Suara negaranegara UE pun terpecah.

Negara-negara UE yang merupakan bekas anggota Uni Soviet sangat bergantung pada suplai gas dari Rusia. Sehingga imbas penghentian aliran gas dari Rusia paling dirasakan negara-negara tersebut.

Pada Sabtu (10/1), Slovakia menyatakan bakal mengoperasikan kembali sebuah pembangkit listrik di fasilitas nuklir Jaslovske Bohunice sebagai buntut dari penghentian aliran gas. Perdana Menteri Robert Fico mengatakan langkah itu ditempuh demi 'kepentingan Slovakia, perindustrian, dan rakyat'.

Padahal, pada 31 Desember tahun lalu, Slovakia menghentikan operasi unit terakhir di Jaslovske Bohunice seperti yang telah dijanjikan sebagai syarat untuk menjadi anggota UE.

"Kami paham ini merupakan pelanggaran atas syarat-syarat keanggotaan," ujar Fico. Akan tetapi, ia mengatakan terpaksa mengambil keputusan itu karena 'ada risiko terjadinya pemadaman'.

Ketua Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menentang langkah yang diambil Slovakia dan mengatakan krisis gas yang tengah terjadi seyogianya tidak dijadikan alasan untuk melanggar janji-janji yang telah disepakati.

Energi nuklir sudah lama menjadi isu sensitif di Eropa. Perdebatan sengit mengenai ini mencuat lagi setelah lonjakan harga minyak tahun lalu. Sejumlah negara seperti Inggris dan Italia berpendapat nuklir adalah salah satu sumber energi alternatif.

Adapun beberapa negara Eropa seperti Belgia, Jerman, dan Swedia secara perlahan mulai meninggalkan energi nuklir. Mereka menolak jika nuklir digembar-gemborkan sebagai solusi atas tingginya kebutuhan energi Eropa di masa mendatang.

Sementara itu, negara-negara Eropa lainnya seperti Irlandia dan Spanyol tidak pernah mengembangkan energi nuklir. Di bagian lain, Prancis yang merupakan penghasil listrik dari energi nuklir terbesar di Eropa sejak lama menyatakan energi nuklir adalah satu cara untuk mengurangi gas rumah kaca yang menyulut pemanasan global.

Krisis gas Rusia kali ini dijadikan Paris untuk mempertegas argumennya. Keteguhan Paris itu bisa jadi berhubungan erat dengan kepentingan bisnis. Karena apabila energi nuklir dikembangkan di Eropa, perusahaan listrik raksasa negara itu, Electricite de France, akan kebanjiran order.

Saat ini, pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan sepertiga dari listrik UE dan termasuk sekitar 15% dari total konsumsi energi UE.

Di sisi lain, kelompok pecinta lingkungan berpendapat ide pengembangan energi nuklir tidak seindah seperti yang terlihat. "Energi nuklir dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, sedangkan 90% gas impor dari Rusia ke Eropa digunakan untuk pemanas. Mereka dua hal yang berbeda," ujar Jan Beranek, seorang petinggi kelompok Greenpeace.

Selain itu, Beranek mengemukakan, meski tidak menghasilkan gas rumah kaca, dalam jangka panjang, nuklir tetap akan menimbulkan masalah pembuangan limbah. (*/I-3)

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/01/12/ArticleHtmls/12_01_2009_006_001.shtml?Mode=1
Share this article :

0 komentar: