Pada 20 Januari ini mata dunia kembali tertuju ke Amerika Serikat (AS). Di hari inilah presiden terpilih, Barack Obama, secara resmi dilantik menggantikan George W Bush Jr dan akan menjadi pelantikan presiden yang paling menjadi perhatian masyarakat internasional sepanjang sejarah.
Semakin terbukanya sistem komunikasi, yang membuat sekat-sekat antarbangsa menipis, merupakan faktor penting yang berpengaruh pada besarnya perhatian terhadap peristiwa ini.Posisi AS sebagai negara paling kuat di dunia juga menjadi faktor lain yang menentukan.
Namun, faktor yang tak kalah penting adalah sosok Obama sendiri yang dipandang banyak pihak, bukan hanya di Amerika melainkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia, mampu memberi harapan akan adanya perubahan. Harapan perubahan terhadap sistem yang berlaku di dunia saat ini merupakan harapan yang memang penting.
Tata kelola dunia sekarang terbukti tidak memadai untuk mewujudkan dunia yang aman, damai, dan sejahtera bagi seluruh umat manusia.Sistem dunia yang ada tidak mampu melindungi masyarakat dari berbagai bencana kemanusiaan baik yang menyangkut aspek lingkungan, ekonomi,apalagi politik.
Dalam bidang lingkungan, pemanasan global yang berpengaruh pada melelehnya es di Kutub akan membawa dampak yang besar pada dunia seperti ditunjukkan dengan semakin naiknya gelombang pasang di berbagai daerah di Tanah Air.
Sistem ekonomi tak mampu melindungi masyarakat dari berbagai spekulasi yang berakibat pada ambruknya lembaga-lembaga keuangan sekarang setelah sebelumnya masyarakat harus menanggung akibat spekulasi harga minyak.
Dalam politik, pihak yang lemah terus menjadi bulan-bulanan yang kuat seperti tragedi Palestina saat ini. Di tengah dunia yang sakit seperti ini, seruan ”perubahan” oleh Obama merupakan angin segar.Warga berbagai benua mengharapkan dunia segera berubah dan perubahan itu sebaiknya diawali di Amerika Serikat yang memegang posisi kunci dunia.
Obama telah membuktikan bahwa gagasan ”perubahan” disokong oleh masyarakatnya sehingga ia dapat mengalahkan Mc Cain secara telak dalam pemilihan presiden 4 November 2008. Saya berkesempatan melihat secara langsung euforia masyarakat Amerika atas kemenangan Obama itu dan belajar bagaimana gagasan baik tersebut bisa memenangkan hati rakyat.
Masalahnya bagi kita sekarang, apakah hanya akan menunggu kebijakan Obama akan berpengaruh sampai di sini, ataukah justru belajar bagaimana harus menggerakkan perubahan sendiri buat Indonesia?
Indonesia Baru
Secara umum kehidupan masyarakat Indonesia memang tampak relatif damai seperti tanpa persoalan berarti. Suasana tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh sikap ”nrimo” yang pasif menerima segala keadaan, tanpa kemampuan untuk mengubahnya. Padahal jika kita lihat lebih mendalam, persoalan yang dihadapi rakyat pada umumnya sungguh berat.
Faktor kemiskinan dan sempitnya lapangan kerja merupakan persoalan serius yang sampai sekarang belum mendapatkan pemecahan secara mendasar. Sekitar 40 juta jiwa warga miskin, menurut ukuran Indonesia, bukan jumlah yang sedikit.Kerusakan lingkungan semakin hari semakin berat dan telah menurunkan daya dukung alam pada penduduk yang jumlahnya semakin meledak.
Kemiskinan hanya merupakan salah satu persoalan bangsa yang muncul ke permukaan. Tata kelola negara, manajemen lingkungan, pengaturan ekonomi secara menyeluruh, hingga budaya politik masih menyimpan banyak persoalan yang terbukti tak mampu diatasi oleh sistem yang ada selama ini.
Hampir di setiap ukuran,Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah ini tertinggal dibanding banyak negara lain, termasuk negara-negara seperti Singapura,Malaysia,dan Thailand. Indonesia memerlukan cara pandang dan pendekatan yang sama sekali baruuntukmampukeluardarijebakan keadaan selama ini.
Indonesia perlu menjadi ”Indonesia Baru”untuk dapat mengangkat kesejahteraan dan memakmurkan rakyat sesuai cita-cita kemerdekaan.AS yang dalam berbagai segi jauh di atas Indonesia pun merasa perlu melakukan ”perubahan”, apalagi kita yang masih bergelimang dengan banyak persoalan.
Tantangan untuk dapat membangkitkan kesadaran baru tentang perlunya perubahan di Indonesia memang lebih berat dibanding di AS. Sikap ”nrimo” serta budaya feodal yang kental masih terus membayangi masyarakat dan menjadi penghalang masyarakat untuk berani melakukan perubahan.
Kepemimpinan Baru
”Jangan pernah menggunakan jurus yang sama jika ingin mendapatkan hasil berbeda. ”Ungkapan lama itu perlu diperhatikan di tahun ini yang akan sangat menentukan wajah Indonesia mendatang.Bila mengharapkan hasil yang lebih baik di tahun-tahun ke depan,bangsa ini perlu menggunakan sikapdanpendekatanyangsamasekali baru bagi Indonesia.
Salah satu kunci pendekatan baru tersebut adalah kepemimpinan baru,sebagaimana telah ditunjukkan di AS. Obama bukan sekadar wajah baru dalam elite politik Amerika, melainkan membawa model kepemimpinan baru pula. Dalam diskusi saya dengan Prof Don Emmerson dari Stanford University terungkap bahwa kemenangan Obama ditentukan oleh dua kunci utama, bahwa dia selalu ”positif” dalam memandang setiap persoalan serta bersikap ”transendental”.
Dua aspek tersebut menjadi esensi kepemimpinan Obama yang kini dijadikan jalan kepemimpinan Amerika. Sikap positif Obama ditunjukkan dalam pertarungannya merebut kursi presiden, baik dalam pertarungan internal melawan Hillary Clinton maupun saat melawan calon Partai Republik McCain.
Berkali-kali Obama diserang secara pribadi, namun dia tidak balas menyerang, melainkan tetap fokus mengajak rakyat Amerika membangun perubahan.Sikap positif demikian bukan kebiasaan saling mengkritik dan saling menyerang, yang perlu terus menjadi wajah kepemimpinan baru bangsa ini untuk dapat membangun ”Indonesia Baru”. ”Transendental” atau sikap lintas batas juga menjadi karakter kuat kepemimpinan baru yang diusung Obama.
Kepemimpinannya melampaui batas-batas ras serta sekat-sekat sosial,budaya,maupun politik.Dalam budaya politik lama Amerika,seorang lahir di daerah pinggiran seperti Hawai dan berayah Afrika mustahil dapat menjadi presiden di sana. Namun Obama membalik itu dan menunjukkan bahwa usaha serta prestasilah yang harus dihargai.
Kepemimpinan transendental Obama juga terlihat kuat saat dia mampu menunjukkan bahwa sikap konservatif soal keluarga tak perlu bertabrakan dengan keharusan menghormati kebebasan serta hak individu. Kepemimpinan transendental itu yang harus menjadi wajah kepemimpinan baru Indonesia.
Untuk itu masyarakat perlu diajak berani membongkar pandangan lama tentang kepemimpinan yang menganggap bahwa pemimpin nasional harus ”berdarah biru”, baik karena keturunan maupun karena militer. Masyarakat harus mulai berani mengusung ”orang biasa”menjadi pemimpin nasional seperti Amerika memilih Obama sebagai presiden.
Karena itu pelantikan Obama sebagai presiden sekarang hendaknya tak kita pahami sebagai sekadar ”tontonan politik” global, melainkan harus menjadi pelajaran bagaimana kita membangun Indonesia baru yang membuat rakyat benar-benar lebih makmur dan maju.(*)
Soetrisno Bachir
Ketua Umum Partai Amanat Nasional
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/206235/
Soetrisno Bachir : Obama dan Indonesia Baru
Written By gusdurian on Selasa, 20 Januari 2009 | 10.45
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar