Pelantikan Presiden Ke-44 Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada malam ini (pagi waktu AS) akan menjadi perhatian dunia.
Banyak harapan dan rencana yang ditumpukan kepadanya. Mayoritas rakyat AS dan juga komunitas internasional menunggu kebijakan- kebijakan apa yang akan dilakukan oleh Obama. Calon menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, pada 12 Januari 2009 telah memaparkan pemikiran-pemikiran kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.
Dia paparkan smart power (kekuatan pintar) dalam kebijakan-kebijakan luar negeri negara adidaya tersebut. Strategi ini memiliki prospek yang baik untuk memenangkan hati komunitas internasional jika dijalankan dengan strategi dan pendekatan yang seimbang dalam menjembatani hard power dan soft power (kekuatan keras dan kekuatan lunak).
Delapan Tahun yang Kontraproduktif
Pelaksanaan kebijakankebijakan luar negeri AS pada delapan tahun terakhir banyak diwarnai kekuatan keras atau militer (hard power). Soft power yang juga digunakan oleh AS terkesan tenggelam karena dominasi tersebut. Situasi seperti ini mengakibatkan kebijakankebijakan luar negeri AS menjadi kontraproduktif dan terkesan tidak efektif dalam menyebarkan nilai-nilai domestik dan kepentingan internasionalnya.
Kekuatan militer AS— yang merupakan terbesar di dunia untuk saat ini—terkesan tidak terpakai secara efektif setelah Presiden Bush melakukan invasi ke Afghanistan dan Irak dalam rangka perang melawan terorisme. Pelaksanaan kebijakan luar negeri AS pada masa pemerintahan Bush memiliki situasi yang kontraproduktif dari rencana yang diharapkan.
AS melakukan pendekatan politik luar negeri yang unilateralisme atau bertindak sendiri tanpa dukungan negaranegara sahabatnya. Pada saat melaksanakan invasinya ke Irak, AS mengambil langkah sendiri di luar kerangka Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Hal ini adalah bentuk kebijakan yang kontraproduktif dari tujuan utama kebijakan luar negeri AS, yaitu menyebarkan nilainilai demokrasi dan kesetaraan di Timur Tengah.
Kenyataannya situasi Irak bukan semakin baik dan demokratis, tapi semakin tidak terkendali dan banyak terjadi konflik bersenjata. Lalu, jumlah korban yang jatuh pada pihak Irak berdasarkan data awal 2006 yang dipublikasikan oleh Kementrian Kesehatan Irak berkisar 50.000 jiwa, tetapi jurnal kesehatan Inggris, The Lancet, pada Oktober 2006 memublikasikan laporan bahwa jumlah korban perang Irak adalah 601.000 jiwa.
Kebijakan-kebijakan luar negeri AS yang bersifat kekuatan lunak seperti dukungan AS kepada badan-badan internasional dan negara-negara sahabat, khususnya negara- negara berkembang,untuk mencapai agenda-agenda pembangunan milenium (millenium development goals) terkesan tenggelam dan cepat hilang dari ingatan komunitas internasional atau dunia karena dominasi penggunaan kekuatan keras atau militer.
Lebih lanjut, perluasan nilainilai demokratis, penghargaan hak asasi manusia dan tata pemerintahan yang baik (good governance) yang merupakan kekuatan ide pun terg e r u s oleh jalannya waktu dan anomali yang dilakukan oleh AS dalam kasus perang Irak.
Prospek Baru
TerpilihnyaPresidenBarack Obama dari Partai Demokrat merupakan respons rakyat AS atas kejenuhan yang mereka alami selama delapan tahun pemerintahan yang sebelumnya. Presiden Barack Obama tidak hanya harapan untuk konstituen domestiknya, tetapi juga harapan bagi dunia atau komunitas internasional.
Penggunaan smart power dalam pelbagai kebijakan luar negeri AS di masa depan akan membawa angin segar dalam percaturan politik internasional. Dalam politik luar negeri, kombinasi prinsip dan pragmatisme menjadi sesuatu yang nyata meskipun ideologi berpengaruh di dalamnya.
Karena itu, fakta dan bukti menjadi dasar pelaksanaannya dalam sistem interdependen yang dimiliki dunia internasional terkini. Agenda-agenda kebijakan luar negeri yang akan menghiasi pemerintahan Barack Obama adalah menciptakan dan menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah dengan dua agenda besar, yaitu penarikan pasukan AS dari Irak danmendorongperdamaian dan penyelesaian menyeluruh antara Israel dan Palestina.
Kedua, AS akanberusahamelakukan perpaduan bantuan pertahanan, pembangunan dandiplomasiuntuk Afghanistan dan penyelesaian krisis Pakistan dan Afghanistan.Ketiga, kerja sama antara AS dan Rusia dalam pengurangan jumlah hulu ledak nuklir dan rudal antarnegara. Keempat, menyelesaikan krisis senjata nuklir dengan Iran dan Korea Utara yang mengalami dinamika terusmenerus sampai saat ini.
Kelima, membangun kerja sama dengan China dalam rangka meningkatkan saling percaya antaraktor global tersebut. Keenam,AS bersama negaranegara maju dan G-20 mengatasi krisis keuangan global yang terjadi dan menjadikan Brasil,China,India,Afrika Selatan, dan Indonesia sebagai rekannya dalam menjaga stabilitas ekonomi global.Akhirnya, AS akan berusaha untuk mendorong agenda untuk mencegah perubahan iklim global dan agenda pembangunan milenium.
Terkait dengan hal di atas, smart powermerupakan pilihan yang cerdas oleh pemerintahan AS selanjutnya. Smart poweryaitu visi dan misi yang strategis untuk mengombinasikan dan menyelaraskan kekuatan- kekuatan (hard power, soft power, ideational power, and structural power) yang dimiliki oleh suatu negara untuk mengoptimalisasikan kepentingan nasionalnyadi kancah internasional.
Hal tersebut m e n j a d i pentingbagi ASuntukmemenangkan kembali hati dunia. Tidak bisa dimungkiri bahwa pelbagai tantangan AS semakin besar, dari penanganan terorisme, krisis keuangan global, sampai perubahan iklim yang telah menunggu. Penggunaan smart power dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri AS menjadi suatu keputusan yang arif dan bijaksana dan memiliki prospek yang positif.
Langkah besar tersebut perlu juga dilakukan dengan merangkul kembali negaranegara sekutu yang selama ini berubah posisi setelah kiprah negara adidaya tersebut selama ini. Lalu, dengan diplomasi menjadipendekatanyangcerdas untuk menentukan kebijakan- kebijakan luar negeri dan penggunaan mekanisme multilateral untuk meyakinkan negara-negara oposisi AS dan para aktor nonnegara.
Karena itu smart power bisa berjalan efektif dan menjadi pesan untuk meyakinkan dunia bahwa AS sedang mengembalikan posisi dan peranannya dalam percaturan internasional serta membangun kembali kepercayaan komunitas internasional yang terus menurun selama ini. Kita tunggu saja langkah berikutnya.(*)
Beginda Pakpahan
Alumnus Universitas Glasgow dan LSE London Dosen HI UI
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/206237/
AS Meraih Kembali Hati Dunia
Written By gusdurian on Selasa, 20 Januari 2009 | 10.48
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar