BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pusat Bank Sentral China di Shanghai akan melakukan uji coba penggunaan mata uang yuan untuk dijadikan alat pembayaran transaksi bisnis internasional.

Pusat Bank Sentral China di Shanghai akan melakukan uji coba penggunaan mata uang yuan untuk dijadikan alat pembayaran transaksi bisnis internasional.

Written By gusdurian on Jumat, 16 Januari 2009 | 12.47

Pusat Bank Sentral China di Shanghai akan melakukan uji coba penggunaan mata uang yuan untuk dijadikan alat pembayaran transaksi bisnis internasional.

K EPALA Deputi Bank Rakyat China Cabang Shanghai Hu Pingxi memberi konfirmasi kepada agen berita Xinhua bahwa uji coba itu memang sedang direncanakan oleh pembuat kebijakan di China. Namun, ia enggan mengungkapkan kapan program tersebut dimulai.
Akhir bulan lalu, para anggota kabinet China menyatakan penggunaan mata uang yuan digunakan dalam transaksi dengan mitra dagang wilayah tetangga sebagai bagian dari pro yek perintis. Para analis menyebutnya sebagai langkah awal menjadikan yuan sebagai mata uang internasional.

Sebelumnya, pemerintah mengizinkan mata uang yuan digunakan sebagai alat pembayaran di wilayah delta Mutiara dan Sungai Yangtze serta Hong Kong dan Makau.

Meski dua wilayah itu merupakan bagian dari China, kedua teritorial itu selama ini menggunakan mata uang mereka sendiri, yang juga dipatok (pegged) terhadap mata uang dolar AS. ''Adapun Provinsi Yunnan di bagian tenggara China dan wilayah Guangxi Zhuang di selatan akan diizinkan untuk menggunakan yuan dalam perdagangan dengan anggota-anggota ASEAN,'' kata kabinet China.

Namun, saat dikonfirmasi lebih lanjut, Hu belum mengetahui di daerah mana kebijakan tersebut akan diujicobakan.

Aktivitas perdagangan luar negeri China sendiri hingga kini masih menggunakan mata uang dolar AS dan mata uang utama lainnya seperti euro.

Dalam beberapa tahun terakhir, ada usulan dari dalam negeri untuk menjadikan yuan sebagai mata uang internasional, sejak dolar AS terus melemah. Pemerintah China lebih berhatihati dalam mengikuti pergerak an ini, tetapi telah membuat serangkaian langkah untuk memperluas penggunaan yuan yang oleh beberapa kalangan disebut melemahkan ekspor.

Pertumbuhan ekonomi China mengumumkan perekonomian negara itu tumbuh sebesar 13% pada 2007, naik dari perhitungan sebelumnya sebesar 11,9%.

Perekonomian China tercatat senilai 25,7 triliun yuan atau sekitar US$3 triliun pada 2007. Demikian dirilis Biro Statistik Nasional dalam laman internetnya.

Biro itu mengatakan ini adalah revisi terakhir untuk angka perekonomian 2007, setelah melaporkan pada Januari tahun lalu bahwa pertumbuhan 11,4%, kemudian diperbarui menjadi 11,9% pada April.

Adapun ekonomi Jerman tumbuh 1,3% pada 2008 atau turun jauh jika dibandingkan dengan ekonomi pada 2007 yang mencapai 2,5%. Jerman yang merupakan negara eksportir terbesar di dunia terpukul keras oleh perlambatan ekonomi global dan menguatnya euro terhadap dolar AS.

Di sisi lain, defisit anggaran Jerman diproyeksikan melampaui 4% pada 2010. Menteri Keuangan Jerman Peer Steinbrueck mengatakan defisit sebesar itu terjadi setelah ekonomi terbesar Eropa itu menge luarkan rencana stimulus baru yang dilakukan Berlin sebesar 50 miliar euro.

"Kami akan menurunkan hingga di bawah tingkat pinjaman baru yang diperkirakan dan hanya mencapai 11,6 miliar euro," katanya.

Steinbrueck mengatakan Jerman seharusnya mematuhi ba tas defisit anggaran yang ditetapkan Uni Eropa sebesar 3% dari PDB tahun ini.

Namun, Jerman melanggar peraturan defisit untuk tahun keempat berturut-turut antara 2002 dan 2005 guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

http://anax1a.pressmart.net/mediaindonesia/MI/MI/2009/01/15/ArticleHtmls/15_01_2009_015_007.shtml?Mode=1
Share this article :

0 komentar: