Nonton Bareng Perang Gaza
Inilah pemandangan ironis saban pagi di daerah perbukitan selatan Israel. Rata-rata lusinan orang dari seantero negeri menikmati agresi negara Zionis itu ke Jalur Gaza.
Salah satu penonton setia Perang Gaza itu adalah Moti Danino, warga Kota Sderot, Israel Selatan. Seperti biasa, Sabtu pagi pekan lalu, ia datang dengan kursi santai berbahan kanvas. Sambil menyaksikan gempuran udara dan artileri pasukan Israel, mulutnya mengunyah makanan dan minuman ringan. Ia juga menyetel radio kecil untuk mendengarkan kabar terbaru dari medan pertempuran.
Hingga hari ke-16, kemarin, serbuan Israel sudah menewaskan hampir 900 warga Palestina, termasuk 260 anak-anak dan 100 kaum ibu. Sedangkan korban tewas dari pihak Israel masih belasan, kebanyakan tentara.
Israel dan Hamas masih bertempur meski Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera. Sebanyak 14 negara menyetujui kecuali Amerika Serikat, yang abstain.
Pagi itu Danino tidak sendirian. Tidak jauh dari tempatnya, empat remaja duduk di atas tanah berpasir. "Saya tidak pernah melihat perang sebelumnya," kata Nadav Zebari, pelajar sekolah seminari (Yeshiva) di Yerusalem. Ia menikmati pertempuran antara Hamas dan Israel ini seraya melahap sebuah sandwich dan minuman ringan.
Sekelompok polisi dekat mereka juga asyik berfoto dengan latar belakang kepulan asap akibat hantaman rudal. Salah satu dari polisi itu berhasrat ikut membantu serangan. "Maksud saya operasi. Itu bukan sebuah perang," ujarnya membetulkan ucapannya yang salah.
Namun, Danino punya alasan pribadi. Putranya yang berusia 20 tahun, Moshe, ikut bertempur dalam unit infanteri. Bagi dia, melihat pertempuran tersebut seperti menyaksikan anaknya bermain sepak bola. "Militer mengumpulkan telepon seluler semua prajurit sebelum mulai menyerang, jadi inilah cara saya berhubungan dengan dia," katanya.
Mereka tak sekadar menonton, tapi juga bereaksi ketika ledakan terdengar dan asap membubung. "Lihat itu, hebat! Hebat!" Danino berteriak saat empat rudal menghantam Gaza, yang berpenduduk sekitar 1,5 juta. "Sungguh aneh kita harus mengambil nyawa orang lain untuk menyelamatkan nyawa kita," ujar perempuan 60 tahun yang bekerja sebagai perawat di Magen David Adom (Palang Merah Israel) ini.
Acara nonton bareng itu juga terjadi di Rafah, yang membatasi Mesir dengan Gaza. Bedanya, mereka melihat kebiadaban Israel ini dengan paras geram. "Kami merasa begitu dekat, tapi kami tidak dapat berbuat apa pun," ujar Rami Ibrahim, 20 tahun, seorang mekanik asal Palestina.
Usamah al-Biyali, 51 tahun, bahkan merasa bersalah dan malu karena tidak dapat menolong. "Saya merasa seharusnya mencari cara ke sana untuk memerangi tentara Israel," ujar bapak enam anak yang bekerja sebagai kuli angkut ini.
Memang sungguh ironis. Umat Islam sedunia mengutuk kekejaman negara Yahudi itu, namun pemerintah mereka takut menghentikannya. WALL STREET JOURNAL | FAISAL ASSEGAF
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/12/Internasional/krn.20090112.153504.id.html
Nonton Bareng Perang Gaza
Written By gusdurian on Selasa, 13 Januari 2009 | 11.47
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar