BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Menunggu Janji Perubahan Obama

Menunggu Janji Perubahan Obama

Written By gusdurian on Kamis, 22 Januari 2009 | 10.43

Menunggu Janji Perubahan Obama

Tanggal 20 Januari 2009 (mulai malam tadi waktu Indonesia) merupakan hari bersejarah bagi masyarakat dunia, khususnya Amerika Serikat. Mulai hari itu Barack Hussein Obama resmi menjabat presiden ke-44 AS. Pemilu electoral vote 4 November lalu menunjukkan hasil cukup mencengangkan, Obama -Partai Demokrat- memenangi 349 kursi dengan 62.650.513 (52% suara) mengalahkan John Mc. Cain dari Partai Republik yang hanya dapat 173 kursi atau 55.532.995 (46 %). Kemenangan Obama ini tidak jauh dari beberapa jajak pendapat yang sebelumnya memang sudah menunjukkan keunggulan. Suatu kemenangan fantastik karena baru kali ini pemilu AS diikuti mayoritas penduduk dengan golput yang hanya sekitar 2 %, dan baru kali ini AS akan dipimpin warga kulit hitam.

Dunia dan rakyat AS menggantung harapan besar akan perubahan sebagaimana janjinya ketika berkampanye. Harapan itu cukup beralasan mengingat Obama mendapat kemenangan cukup spektakuler, dan sejak awal Barack Obama selalu menekankan slogan perubahan dengan kata kunci "We have to change", "Change we need" sebagai ikon kampanye.

Slogan perubahan yang diusung Obama mampu menarik perhatian tidak hanya dari golongan dan simpatisan Partai Demokrat, tetapi juga masyarakat Amerika dan dunia internasional. Suatu kemenangan yang tentu bukan karena faktor kebetulan, melainkan perjuangan penuh harapan bagi masyarakat AS dan dunia.

Atas harapan itu, tidak heran bila harian terkemuka AS, The New York Time menulis headline news "Iraq War Ends", berita besar yang sangat menarik publik. Terbukti dalam waktu sekejap koran yang dicetak sejuta eksemplar itu habis terjual.

Padahal, itu koran palsu yang sengaja dicetak kelompok liberal dengan tanggal penerbitan 4 Juli 2009, sekitar satu semester setelah Obama menjabat presiden AS nanti ( Jawa Pos, 14/11/2008).

Bagi sastrawan, penerbitan palsu itu adalah apresiasi seni tinggi di tengah kegundahan krisis ekonomi yang sedang melanda AS. Bagi ekonom, penerbitan itu adalah strategi pemasaran untuk meraih omzet penjualan dari rutinitas yang telah ada, tapi bagi politisi itu sebuah kritik sekaligus harapan besar.

Sebuah kritik yang menggugah kemapanan, mengingat koran tersebut dibuat kelompok liberal yang menyebut dirinya kelompok Yes Men, dan harapan sebagaimana dijanjikan Obama ketika berkampanye. Masalahnya, bisakah Obama melakukan berubahan itu?

Tiga Perubahan

Ada tiga hal utama yang akan dilakukan. Pertama, perubahan ekonomi. Amerika Serikat saat ini mengalami kemerosotan ekonomi cukup tajam. Sebagaimana diketahui, kejatuhan Lehman Brothers yang kemudian disusul beberapa perusahaan besar lain menggoncangkan ekonomi AS. Akibat krisis ini, pengangguran meningkat dan terjadi resesi ekonomi nasional.

Menurut dia, kebobrokan ekonomi AS karena kebijakan di bawah pemerintahan George Bush -Partai Liberal- selalu berpihak pada pengusaha dan kelas atas. Pengenakan pajak selama ini lebih menguntungkan pengusaha, tetapi menyengsarakan mayoritas rakyat kelas menengah ke bawah.

Obama dengan bendera Partai Demokrat berjanji memperbaiki ekonomi AS tanpa merugikan mayarakat miskin dengan meningkatkan pajak progresif orang-orang kaya.

Kedua, perubahan sosial. Walaupun ideologi liberalisme Amerika menganjurkan kesetaraan, pada praktiknya sulit dilakukan. Sejak merdeka sampai sebelum Obama terpilih, presiden AS selalu dari kulit putih, diskriminasi sosial masih mewarnai kehidupan keseharian. Obama berjanji akan memperjuangkan perubahan hak minoritas untuk kebersamaan dan kesetaraan dalam satu kesatuan "We have to change in Unity, American People" perubahan masyarakat Amerika baru dalam satu kesatuan-kebersamaan.

Programnya berupa peningkatan anggaran pendidikan, peningkatan jaminan sosial, penguatan taraf hidup melalui program pemberdayaan ekonomi untuk mengurangi jumlah pengangguran.

Ketiga, perubahan politik luar negeri. Kebijakan pemerintah George Bush selama ini dianggap telah membawa kesengsaraan rakyat. Perang Amerika di Afghanistan dan invasi ke Iraq telah menguras anggaran negara serta korban cukup besar.

Tantangan

Untuk menyukseskan programnya, Obama telah menyusun tim kabinetnya, antara lain Lawrence Summer (direktur Dewan Ekonomi Nasional), Timotly Geither (Menteri keuangan), Paul Volcker (dewan Penasihat Pemulihan Ekonomi). Mereka sebagai garda depan untuk program pembaruan ekonomi. Sementara itu, menteri luar negeri dipercayakan kepada Hillary Clinton. Mantan ibu negara ini dikenal sangat gigih dalam memperjuangkan garis Partai Demokrat yang selalu menekankan "Prosperity, Unity, dan Peace" . Dengan ini diharapkan politik luar negerinya lebih elegan.

Melihat tim kabinet Obama di atas kiranya optimisme masyarakat internasional, khususnya AS, bisa terwujud. Namun, ada catatan yang perlu diperhatikan. Obama akan berhadapan dengan kemapanan politik status quo yang berlangsung lama, yaitu dominasi White groups, Anglo-saxon, serta dominasi Neokonservatisme dalam kebijakan nasional yang sudah mapan.

Kebijakan perpolitikan, khususnya politik luar negeri, Amerika tidak lepas dari kelompok neokonservatisme. Kelompok ini mayoritas menguasai perekonomian nasional dan berpaham realis yang selalu menekankan kekuatan nuklir, dominasi, dan superioritas Amerika.

Dengan jaringan yang kuat kelompok ini punya peran besar dalam setiap langkah kebijakan negara. Mampukah Obama melakukan perubahan? "Change we can believe it" . We wait and see.

*. Lilik Salamah, dosen Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Airlangga.
http://www.jawapos.com/
Share this article :

0 komentar: