Kerugian di Jalur Gaza Mencapai Rp 22,6 T
Written By gusdurian on Kamis, 22 Januari 2009 | 10.39
Kerugian di Jalur Gaza Mencapai Rp 22,6 T
GAZA - Luka peninggalan agresi militer Israel di Jalur Gaza bakal membekas cukup lama. Jalur Gaza yang merana, porak-poranda, dan centang perenang butuh masa penyembuhan sangat panjang. Para ahli meyakini, proyek rekonstruksi di Gaza bakal menjadi yang tersulit di dunia.
Pertama, itu disebabkan kehancuran karena serangan militer Israel sangat dahsyat. Kedua, ekonomi Palestina kian terpuruk akibat isolasi Israel dan Mesir. Terakhir, berbagai pihak ragu terhadap Hamas, penguasa Gaza sejak 2007, untuk mau bekerja sama membangun wilayah seluas sekitar 500 kilometer persegi itu.
Sejak gencatan senjata Israel dan Hamas resmi berlaku Senin lalu (19/1), Gaza memang steril dari peluru. Sejak itu, dunia bebas melihat betapa dahsyatnya efek serangan militer Israel selama hampir sebulan tersebut. Peneliti independen yang meninjau lokasi kehancuran Gaza memperkirakan, total kerugian mencapai sekitar USD 2 miliar (sekitar Rp 22,6 triliun).
Seperti dilaporkan harian Inggris The Independent, perkiraan angka itu keluar setelah memperhitungkan kerusakan rumah sebanyak 4.100 unit, 1.500 pabrik, 20 masjid, 31 kamp keamanan, dan 10 saluran air. Itu belum seberapa. Penderitaan teramat berat yang dirasakan warga Gaza adalah hancurnya terowongan-terowongan yang menghubungkan Gaza dengan Mesir melintasi perbatasan Rafah.
Padahal, terowongan-terowongan itulah satu-satunya andalan warga Gaza untuk menyelundupkan berbagai kebutuhan hidup sejak Mesir menutup perbatasannya pada 2007. "Semuanya, mulai Viagra sampai minyak masuk ke Gaza lewat terowongan itu,'' kata salah seorang sumber seperti dirilis harian Inggris lainnya, The Guardian.
Untung, bantuan internasional untuk proses rekonstruksi Gaza mulai mengalir. Pemerintah Arab Saudi menyatakan bakal menanggung separo dana rekonstruksi atau sebesar USD 1 miliar (sekitar Rp 11,3 triliun). Begitu pula Uni Eropa dan negara-negara lain.
Hanya, ada satu persoalan serius yang mengganjal, yakni faktor Hamas. Uni Eropa mengatakan, bantuan tidak akan mengalir jika Hamas masih menguasai Gaza. Mereka tampak tak rela jika dana bantuan dikelola Hamas yang mereka cap sebagai organisasi teroris. Mereka khawatir, Hamas bakal menggunakan dana bantuan untuk membeli senjata dan kembali menyerang Israel.
Sedangkan jika dana itu diserahkan kepada pemerintah berkuasa pimpinan Presiden Mahmoud Abbas dari kelompok Fatah, rival Hamas, dikhawatirkan terjadi kekacauan baru. Pemerintahan Fatah dikecam warga Palestina, terutama Gaza, karena membebek terhadap Amerika Serikat dan Israel. Mereka juga dikecam karena tak berkontribusi membantu warga Gaza selama Operasi Cast Lead Israel sejak 27 Desember lalu. (ape/ttg)
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar