BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » JAYA SUPRANA : Palestina

JAYA SUPRANA : Palestina

Written By gusdurian on Sabtu, 31 Januari 2009 | 09.41

SAYA prihatin atas tragedi pembantaian jutaan Yahudi oleh Nazi Hitler.Namun saya juga prihatin atas gerakan zionisme yang merambah tanah air bangsa Palestina untuk mendirikan negara baru khusus bagi bangsa Israel.


Masalahnya bukan percaya atau tidak pada apa yang disebut sebagai ”tanah yang dijanjikan”.Namun de facto sejak 2.000 tahun lalu kaum Yahudi telah meninggalkan ”tanah yang dijanjikan” untuk mengembara ke berbagai pelosok dunia akibat imperialisme kekaisaran Romawi.

Gara-gara pada akhir abad XIX seorang jurnalis Yahudi bernama Theodor Herzl sakit hati atas perlakuan tidak adil terhadap warga keturunan Yahudi di Prancis,terutama melalui Kasus Dreyfus, maka timbul gagasan untuk mendirikan negara baru khusus mandiri bagi kaum Yahudi.

Semula kawasan yang dicalonkan sebagai negara Israel terletak di Uganda, tapi ditolak mentah-mentah mayoritas Yahudi.Mereka tetap mendambakan”tanah yang dijanjikan” yang sudah 20 abad ditinggalkan nenek moyang mereka, meski kini de facto sudah dihuni bangsa Palestina.

Semangat zionisme makin menggelora setelah jutaan orang Yahudi di Eropa dibantai Hitler. Maka mulai berduyunduyunlah insan Yahudi kembali ke ”tanah yang dijanjikan” yang sempat ditinggalkan itu dan lahirlah negara Israel. Tentu saja gerakan eksodus Yahudi kembali ke ”tanah yang dijanjikan”sangat memprihatinkan bangsa Palestina yang sudah 20 abad dilahirkan serta menutup mata di tanah air mereka.

Tanah air yang diklaim sebagai ”tanah yang dijanjikan” oleh kaum Yahudi yang mendadak bikin negara baru segala! Saya dapat menghayati penderitaan bangsa Palestina atas berdirinya negara Israel di tanah air mereka.Saya dapat mengerti kenapa bangsa Palestina terus gigih berjuang menentang Israel hingga kini.

Akhir-akhir ini pertumpahan darah kembali membanjiri bumi Palestina, terutama di Jalur Gaza.Namun beberapa kekeliruan tafsir atas konflik Israel-Palestina perlu diluruskan. Kekeliruan utama yang tidak bisa dibenarkan adalah konflik politik dan kemanusiaan yang lepas kendali, kemudian meledak menjadi konflik kekerasan bahkan pertumpahan darah termasuk darah anak-anak yang sama sekali tidak berdosa.

Apa pun alasan maupun tujuannya,pertumpahan darah antarsesama manusia tidak boleh, bahkan tidak bisa dibenarkan! Tidak mengherankan apabila akibat tersengat naluri kemanusiaan, berkobarlah semangat para sukarelawan Indonesia ingin ikut berjuang menegakkan pilarpilar kemanusiaan di Jalur Gaza.

Namun, tidak kurang dari Ketua MPR Dr Hidayat Nur Wahid nan arif bijaksana itu sudah memberi penjelasan bahwa yang dibutuhkan adalah bantuan berupa obat-obatan dan kebutuhan pokok untuk menolong para korban konflik senjata antara Israel versus kelompok Hamas di Jalur Gaza. Bahkan Juru Bicara (Jubir) Hamas, Sami Abu, seusai pertemuan tertutup di Gedung DPR, Jakarta, 23 Januari 2009,menyampaikan ucapan terima kasih atas simpati dan bantuan bangsa Indonesia.

Tetapi Jubir Hamas itu tegas menyatakan Hamas tidak butuh dukungan militer dan mujahid karena perlengkapan para pejuang dan militer Hamas sudah lebih dari cukup untuk menghadapi angkara murka Israel! Di samping itu Hidayat Nur Wahid memperingatkan para sukarelawan yang mau ikut bertempur di Jalur Gaza akan terhambat soal visa dan paspor.

Di samping kendala imigrasi, hakikatnya bantuan militer dan mujahid untuk membantu Palestina dan Hamas sama mubazirnya dengan garam bagi samudra belaka! Di sisi lain,Prof Dr Siti Musdah Mulia,yang juga supraarif dan bijaksana itu mengingatkan kita agar jangan keliru menilai konflik Israel-Palestina sebagai konflik agama karena pada kenyataan tidak semua warga Palestina muslim. Dan inti permasalahan sebenarnya bukan agama, tetapi pelanggaran hak asasi manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.(*)

JAYA SUPRANA


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/209490/38/
Share this article :

0 komentar: