Israel v Hamas
Wajah Suram Jalan Damai Oleh Zuhairi Misrawi *Kado Tahun Baru Hijriah 1430 bagi warga yang tinggal di Jalur Gaza adalah rudal-rudal yang dijatuhkan tentara Israel. Tentu, kado itu merupakan kado terburuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Setidaknya, serangan brutal tersebut telah menewaskan 300 orang dan 1.000 orang lainnya luka-luka. Sementara Israel berjanji akan melancarkan serangan dalam beberapa hari yang akan datang hingga kekuatan Hamas yang berpusat di Jalur Gaza benar-benar lumpuh. Target utamanya ialah menangkap Pemimpin Hamas, Ismael Haniya, dan para petinggi yang lain.Ali Jum'ah, Mufti Mesir, beberapa saat setelah serangan Israel ke Jalur Gaza langsung mengeluarkan fatwa bahwa serangan tentara Israel merupakan tindakan yang mengingkari kemanusiaan. Jatuhnya korban warga sipil tidak dapat dibenarkan dalam kacamata agama apa pun, khususnya Islam. Dia meminta Israel agar mengakhiri segala macam penindasan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza (al-Syarq al-Awsat/28). Faktor Hamas Hamas merupakan pihak yang selama ini dianggap sebagai ancaman terhadap stabilitas Israel. Di samping itu, Israel juga menuduh Suriah (Syria), Iran, dan Hizbullah di Lebanon. Untuk melawan kekuatan tiga kelompok terakhir tentu bukanlah hal yang mudah. Karena itu, menyerang Hamas merupakan pilihan yang paling mungkin dan paling mudah. Setidaknya ada empat alasan utama memilih Hamas sebagai target utama. Pertama, Hamas dianggap sebagai musuh utama bagi eksistensi Israel. Sejak kemenangan Hamas dalam pemilu dan memegang kendali politik di Palestina, mereka mengeluarkan pernyataan politik dengan tidak mengakui eksistensi Israel sebagai negara yang sah. Mereka memilih untuk memutuskan hubungan dengan Israel dalam bentuk apa pun. Tidak ada pintu damai dengan Israel.Kedua, Hamas diam-diam sedang memperkuat persenjataan mereka, khususnya dengan dukungan Iran. Rupanya, upaya perlawanan Hamas terhadap Israel bukan hanya isapan jempol. Dalam beberapa tahun ke depan, Hamas dianggap sebagai ancaman serius bagi Israel. Faktanya, dalam beberapa minggu terakhir, Hamas telah melancarkan serangan ke Israel Selatan. Setidaknya, satu orang tewas dalam serangan tersebut. Ketiga, Hamas merupakan kekuatan politik yang paling populer di Palestina, khususnya di Jalur Gaza. Jika dilaksanakan pemilu yang jujur dan bebas, yang rencananya digelar awal Januari nanti, sudah hampir bisa dipastikan bahwa Hamas akan menjadi pemenangnya. Sedangkan Fatah, yang dipimpin Mahmud Abbas, sudah bisa dipastikan bakal kalah karena mereka dikenal sebagai boneka AS dan Israel. Selain itu, Fatah dikenal dengan pemerintahan yang korup. Keempat, Israel sepertinya sudah mengantongi jaminan dari Mesir untuk tidak membuka perbatasan sebagai satu-satunya pintu keluar bagi pemimpin Hamas. Dengan demikian, serangan akan benar-benar efektif untuk menghabisi dan menangkap tokoh-tokoh kunci Hamas. Jadi, faktor Hamas sangat dominan dalam aksi Israel kali ini. Menurut Ethan Bronner dalam analisisnya di harian International Herald Tribune, aksi Israel merupakan aksi balasan terhadap serangan Hamas sekaligus untuk menunjukkan gigi mereka setelah kekalahan memalukan saat melawan Hizbullah. Maknanya, jika Israel tidak melakukan balasan, Hamas dan sekutunya akan menganggap bahwa Israel sebenarnya tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Atas alasan itu, menurut Mark Regev, juru bicara Perdana Menteri Ehud Olmert, Israel merasa perlu memberikan peringatan tentang kekuatas Israel yang sesungguhnya.Mimpi Perdamaian Kerugian terbesar yang harus dibayar kedua pihak, khususnya Israel-Palestina, adalah peta damai yang sebenarnya sudah menghitung hari. Di akhir pemerintahan George W. Bush sebenarnya asa perdamaian hampir menjadi kenyataan. Kedua pihak sudah menyepakati perihal kemerdekaan masing-masing, yaitu dua negara dalam satu bangsa. Di samping perlunya gencatan senjata bagi kedua pihak dan memulihkan kembali hubungan politik dan ekonomi.Pascaserangan Israel ke Jalur Gaza harus dikatakan telah memupuskan harapan semua pihak untuk memuluskan peta damai. Ganjalan yang utama sebenarnya juga terdapat pada masalah politik di internal Palestina. Konflik antara Hamas dan Fatah yang tidak berujung juga menjadi kelemahan tersendiri bagi Palestina. Tidak adanya kemufakatan kedua pihak untuk mengedepankan kepentingan masa depan Palestina akan menjadi hambatan serius, terutama untuk menaikkan posisi tawar dan melawan Israel. Faktor AS juga sangat signifikan dalam mengatasi masalah tersebut. Israel tidak akan melakukan tindakan apa-apa jika tidak mendapatkan ''restu'' dari AS. Bahkan, Obama sekalipun mempunyai perspektif yang lumayan negatif terhadap Hamas. Meskipun terpilihnya Obama disambut positif pihak Hamas, Obama sendiri memberikan peringatan kepada Hamas agar mengubah sikap politiknya yang keras, kaku, dan menolak negosiasi.*. Zuhairi Misrawi, ketua Moderate Muslim Society (MMS) di Jakarta
http://jawapos.com/
Israel v Hamas
Written By gusdurian on Kamis, 01 Januari 2009 | 12.10
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar