BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Gus Dur, Presiden RI yang Mencabut Larangan Merayakan Imlek

Gus Dur, Presiden RI yang Mencabut Larangan Merayakan Imlek

Written By gusdurian on Senin, 26 Januari 2009 | 08.54

Gus Dur, Presiden RI yang Mencabut Larangan Merayakan Imlek

Tak Hanya Tionghoa, PKI pun Saya Lindungi

Ketika menjadi presiden, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mencabut Inpres No 14/1967. Sebelum dicabut, selama puluhan tahun, inpres itu membelenggu etnis Tionghoa sehingga tak bisa bebas melaksanakan tradisinya, termasuk merayakan Imlek. Bagaimana kisah di balik pencabutan inpres itu? Berikut wawancara dengan Gus Dur.

-----

Apa yang menjadi pertimbangan Anda ketika mencabut Inpres No 14/1967?

Pertimbangan saya sederhana saja saat itu. Sekarang kita semua kan harus selalu setia kepada UUD 1945. Salah satu pasalnya jelas menyebut tentang perlindungan terhadap hak-hak dan penjaminan kebebasan berpendapat setiap warga negaranya.

Nah, saya yang waktu itu kebetulan menjabat presiden juga merasa berkewajiban mempertahankan dan melaksanakan konstitusi dasar negara kita tersebut. Saya sebagai pemegang mandat kuasa saat itu, warga Tionghoa dan Konghucu juga harus saya lindungi.

Mengapa warga Tionghoa yang menjadi prioritas? Bukankah masih banyak kelompok minoritas lain di negeri ini yang juga masih mengalami diskriminasi?

Sebenarnya, jangankan Tionghoa atau Konghucu, PKI pun saya lindungi. Semua demi tegaknya UUD 1945. Ini yang banyak tidak dipahami orang. Saya melakukan semuanya karena bersandar pada UUD saja, lain tidak.

Menurut Anda, di mana letak kesalahan Inpres No 14/1967 itu?

Inpres yang dikeluarkan saat awal Orba itu jelas diskriminatif. Seharusnya, Tionghoa itu juga ditempatkan sejajar seperti masyarakat lainnya. Tidak boleh dibeda-bedakan. Sekali lagi, itu UUD yang ngomong. Kalau yang lain bisa ke masjid, gereja, atau ke makam untuk ziarah, kenapa orang Tionghoa tidak boleh ke kelenteng? Ini kan aneh?

Saat memutuskan mencabut, apakah kondisi sosial politik waktu itu memang sudah memungkinkan?

Kalau saya sih sebenarnya mudah saja. Ketika saya menganggap sudah waktunya, ya sudah, dijalankan saja. Ngapain repot-repot mikirin. Meski awalnya memang sempat ada yang tidak setuju, tapi nyatanya kan bagus sampai sekarang, nggak ada macam-macam (sambil tertawa ringan).

Dalam pandangan Anda, bagaimana kondisi warga Tionghoa saat ini?

Bagus, sudah jauh lebih baik. Meski, juga masih banyak sebenarnya yang datang ke saya menyampaikan keluhan-keluhan. (dyn/kum)
http://jawapos.com/
Share this article :

0 komentar: