BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » EKONOMI DEPRESI

EKONOMI DEPRESI

Written By gusdurian on Senin, 19 Januari 2009 | 12.57

EKONOMI DEPRESI
Bradford DeLong

Guru Besar Ekonomi pada University of California at Berkeley, mantan Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat
Sepuluh tahun yang lalu, peraih Nobel Ekonomi 2008, Paul Krugman, menulis sebuah buku kecil berjudul The Return of Depression Economics. Buku itu tenggelam seperti batu. Krisis keuangan Asia Timur pada 1997-1998 berlangsung tajam tapi singkat serta sembuh dengan cepat ketika Dana Moneter Internasional (IMF) menyadari bahwa persoalannya tidak terletak pada pemerintah yang lemah dan tidak efektif. Sementara Menteri Keuangan Amerika Serikat pada waktu itu, Robert Rubin, mengerahkan bank-bank di New York untuk membantu memulihkan perekonomian Korea Selatan. Meletusnya gelembung dot-com setelah itu pada 2000-2001 tidak menimbulkan depresi, tapi cuma penurunan produksi sehingga tidak pantas sedikit pun disebut "resesi".

Sekarang Krugman kembali dengan buku kecilnya dalam versi yang telah direvisi dan diperluas serta terbit tepat pada waktunya. Karena sekarang terdapat alasan yang lebih kuat untuk membenarkannya daripada 1998, sehingga kita harus berpikir dalam bahasa "depression economics". Tapi buku itu tidak menjelaskan apa sebenarnya yang harus digantikan depression economics.

Maka itu saya mencoba mendefinisikan "non-depression economics" ini:

Kebijakan ekonomi jangka pendek harus dibiarkan di tangan bank sentral, sementara legislatif dan eksekutif berfokus pada kebijakan jangka panjang dan tidak campur tangan urusan fluktuasi pengangguran dan harga dari tahun ke tahun;
Prioritas utama bank sentral adalah menjaga kredibilitasnya sebagai penjaga kestabilan harga, dan hanya sesudah itu baru mengalihkan perhatiannya kepada upaya menjaga perekonomian supaya tetap berjalan tanpa peningkatan pengangguran yang berarti dengan memengaruhi harga aset--naik ketika pengangguran mengancam bakal meningkat dan turun ketika terdapat tanda-tanda akan terjadinya peningkatan inflasi;
Bank sentral harus memengaruhi harga aset melalui operasi pasar terbuka yang normal--dengan membeli dan menjual tunai surat berharga jangka pendek pemerintah dan dengan demikian mengubah suku bunga yang "aman" dan harga aset yang berdurasi lebih lama;
Sementara bank sentral harus senantiasa siap melakukan intervensi guna mencegah panik penarikan uang dari bank, ia harus membiarkan sektor keuangan berjalan sendiri dengan regulasi secukupnya saja dan memandang dirinya bukan sebagai pengawal tapi lebih banyak sebagai sopir yang ditunjuk itu bila terjadi ekses spekulasi.
Inilah doktrin yang menurut Krugman tidak lagi cukup untuk zaman kita sekarang. Dan ia punya alasan yang kuat. Hampir semua prinsip di atas, setidak-tidaknya saat ini, lebih banyak dilanggar daripada ditaati. Saat ini kebijakan ekonomi jangka pendek tidak bisa dibiarkan dalam tangan bank sentral saja. Dalam satu hal, neracanya saja tidak cukup. Setidak-tidaknya bank sentral sekarang perlu bantuan dari instansi pemerintah yang menangani perpajakan pajak dan meminjam uang.

Lagi pula prioritas utama bank sentral tidak bisa lagi cuma menjaga kredibilitas sebagai penjaga kestabilan harga, tapi juga lebih banyak sebagai penjaga kestabilan dan kesehatan sistem keuangan. Bila sasaran utama itu sudah tercapai, bank sentral bisa mengalihkan perhatiannya pada upaya menjaga agar ekonomi berjalan tanpa pengangguran yang berarti.

Satu prinsip tetap berlaku: bank sentral harus menjaga ekonomi berjalan tanpa pengangguran yang berarti dengan mendorong harga aset ketika pengangguran mengancam akan meningkat. Tapi bank sentral saat ini mempengaruhi harga aset melalui sejumlah besar saluran dan prosedur selain daripada operasi pasar terbuka konvensional: bank sentral mencoba mempengaruhi tidak hanya diskonto durasi, tapi juga risiko, gagal bayar, dan diskonto berbasis informasi.

Tidak juga lagi dapat diterima anggapan bahwa tindakan seperti tersebut di atas sudah mencukupi. Dibutuhkan juga stimulus fiskal. Non-depression economics menghindari kebijakan fiskal dengan alasan instrumen-instrumen bank sentral cukup kuat dan pengambilan keputusan oleh bank sentral lebih efektif dan teknokratis daripada oleh legislatif. Tapi dalam kondisi sekarang ini kita tidak bisa menerima perspektif ini.

Akhirnya bank sentral tetap siap melakukan intervensi guna mencegah panik penarikan uang dari bank. Tapi presumsi yang mendukung regulasi seadanya di sektor keuangan sekarang tidak banyak pembelanya. Yang disepakati secara meluas adalah pandangan William McChesney Martin, yang menjabat Chairman US Federal Reserve sampai 1970: bank sentral yang baik adalah bank yang mencegah ekses spekulasi dengan "menarik hidangan sebelum pesta benar-benar mulai".



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/19/Opini/krn.20090119.154200.id.html
Share this article :

0 komentar: