Dampak Ekonomi Pemilu 2009
Teguh Dartanto
PENELITI LPEM FEUI YANG SEDANG BELAJAR DI UNIVERSITAS HITOTSUBASHI, JEPANG
Dampak buruk krisis ekonomi dunia, yang diawali oleh krisis keuangan di Amerika, pelan namun pasti mulai dirasakan oleh bangsa Indonesia. Bayang-bayang pemutusan hubungan kerja dan kebangkrutan industri sudah mulai terasa akhir-akhir ini. Dampak yang paling terlihat dan terasa adalah penurunan ekspor sektor-sektor primer, seperti minyak sawit dan karet, yang selama ini merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2009, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi dan diperkirakan tumbuh sekitar 4,5-5,5 persen (Departemen Keuangan, 2008). Sebuah pertumbuhan yang jauh dari cukup untuk menyerap pengangguran dan pengentasan masyarakat miskin di Indonesia.
Kita tidak perlu pesimistis melihat kondisi di atas, karena perekonomian Indonesia tidak akan terpuruk terlalu dalam pada 2009. Pemilu 2009, sebuah hajatan politik dengan dana triliunan rupiah, dapat menjadi kebijakan countercyclical yang dapat menstimulasi kegiatan ekonomi di Indonesia. Dampak pemilu terhadap perekonomian Indonesia sangat bergantung pada seberapa besar dana yang dibelanjakan, baik oleh pemerintah maupun calon anggota legislatif. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai sistem suara terbanyak ikut mempengaruhi jumlah dana yang dibelanjakan dalam pemilu kali ini. Keputusan MK memberikan insentif bagi semua calon anggota legislatif, baik nomor atas maupun nomor peci, untuk berjuang keras memperoleh suara terbanyak dengan mengeluarkan dana kampanye cukup besar.
Geliat ekonomi
Dana yang bergulir pada Pemilu 2009 diperkirakan mencapai Rp 29-30 triliun. Dana tersebut berasal dari dana APBN, APBD, dan dana yang terbesar adalah dana kampanye para calon anggota DPR/DPRD, DPD, dan calon presiden. Dana anggaran Pemilu 2009 yang berasal dari APBN sekitar Rp 13,5 triliun (Bappenas, 2008). Dana sumbangan pemerintah daerah seluruh Indonesia (APBD) untuk pembiayaan pemilu sekitar Rp 1-2 triliun. Sedangkan dana kampanye calon anggota DPR/DPRD dan DPD seluruh Indonesia sekitar Rp 14-15 triliun. Berdasarkan data KPU pusat, daftar calon tetap DPR sebanyak 11.225 orang dan daftar calon tetap DPD sebanyak 1.116 orang. Dengan asumsi dana kampanye Rp 500 juta per calon anggota DPR dan Rp 1 miliar per calon anggota DPD, akan terkumpul dana sekitar Rp 6,7 triliun. Sedangkan pengeluaran dari calon anggota DPRD provinsi (33 provinsi), dengan asumsi 500 calon per provinsi dan Rp 200 juta per calon, akan terkumpul dana sekitar Rp 3,3 triliun. Sisi lain, pengeluaran calon anggota DPRD kabupaten (349 kabupaten dan 91 kota), dengan asumsi 200 calon per kabupaten dan Rp 50 juta per calon, akan terkumpul dana Rp 4,4 triliun.
Berdasarkan hasil simulasi model Input-Output 2000 (Dartanto, 2009), dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, kegiatan Pemilu 2009 akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1,08 persen, sehingga proyeksi pertumbuhan tahun 2009 sebesar 4-5 persen tidaklah susah diraih. Kedua, pengeluaran pemilu sebesar Rp 30 triliun akan membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp 28 triliun. Jadi total dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2009 adalah Rp 58 triliun. Dampak tidak langsung dihasilkan oleh multiplier effect kegiatan kampanye yang menggairahkan aktivitas ekonomi. Kegiatan percetakan kertas suara, spanduk, pamflet, dan bendera tidak hanya akan mendorong peningkatan aktivitas di sektor-sektor tersebut, tetapi juga meningkatkan aktivitas di sektor-sektor lain yang berkaitan (backward and forward linkage). Ketiga, sektor-sektor yang akan mengalami pertumbuhan tinggi adalah sektor telekomunikasi (7,7 persen), transportasi (5 persen), sektor industri percetakan/kertas (9,4 persen), sektor industri pakaian jadi (3,4 persen), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2 persen). Pertumbuhan yang lumayan tinggi di sektor industri pakaian jadi, percetakan/kertas, dan sektor perdagangan-hotel-restoran diharapkan mampu menahan laju penurunan aktivitas sektor-sektor tersebut sebagai akibat krisis global.
Keempat, dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian di Indonesia sangat bergantung pada alokasi dana kampanye. Kampanye melalui iklan televisi dan koran memiliki multiplier effect yang rendah terhadap perekonomian. Selain itu, manfaat ekonominya lebih banyak dinikmati oleh pengusaha-pengusaha media. Sedangkan model kampanye langsung turun ke bawah, seperti membagi-bagikan sembako, kaus, dan pengobatan gratis, menghasilkan multiplier effect yang tinggi terhadap perekonomian. Para calon anggota DPR/DPRD/DPD jangan pernah takut dituduh melakukan money politics jika melakukan kampanye-kampanye turun ke bawah seperti model di atas. Sebab, secara teori ekonomi dan pemasaran, fungsi sembako, kaus, obat gratis, dan buku tulis yang ditempeli lambang partai atau nama calon anggota legislatif sama dengan fungsi televisi/koran, yaitu sebagai media iklan.
Kita semuanya hanya bisa berharap semoga Pemilu 2009 dapat berjalan lancar, aman, damai, dan mampu menghasilkan wakil rakyat/pemimpin yang berkualitas serta menjaga amanah, sehingga mampu menggairahkan kembali aktivitas ekonomi Indonesia pada 2010.
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/30/Opini/krn.20090130.155262.id.html
Dampak Ekonomi Pemilu 2009
Written By gusdurian on Sabtu, 31 Januari 2009 | 10.49
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar