BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Bapak Petani Buah Unggulan

Bapak Petani Buah Unggulan

Written By gusdurian on Senin, 19 Januari 2009 | 12.54

Budi Dharmawan
Bapak Petani Buah Unggulan
Usianya hampir 73 tahun. Meski demikian, semangat kerjanya masih membara. Kini, hari-hari adik kandung Kwik Kian Gie ini tak lagi melulu mengurusi ribuan hektare kebun. Ada sebuah kesibukan "bekal akhirat" yang sedang digandrunginya, yakni pemberdayaan petani, khususnya petani buah unggulan.

Budi Dharmawan, nama lelaki itu, sejak Januari 2006 lalu mendirikan Yayasan Obor Tani bersama sejumlah pengusaha, aktivis, dan akademisi. Yayasan itu didedikasikan untuk pemberdayaan petani buah unggulan. "Masa mau makan klengkeng dan jeruk yang enak saja kita harus impor?" katanya. "Saya ngurusi petani, politik menjadi urusan kakak saya."

Untuk itu, Budi rela mengorbankan waktu, ilmu, dan materinya dengan menggandeng sejumlah pengusaha. Berikut ini cuplikan perbincangan Tempo dengan Budi di kantornya di kawasan Jalan Imam Bonjol, Semarang, beberapa waktu lalu:

Kenapa Anda banting setir dari petani cengkeh ke petani buah?


Untuk menarik investor. Pemerintah selalu mengandalkan upah buruh murah. Karena upah buruh harus murah, kebutuhan pokok harus murah. Kalau beras, gula, dan kedelai harus murah, kapan petani untung?
Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki nasib petani?


Masalah komoditas bahan pokok sangat politis. Pemberdayaan petani bahan baku pabrik juga susah karena negara kita sangat kapitalistik. Kalau ada perusahaan bangkrut, pemerintah segera turun tangan. Tapi kalau petaninya mati, pemerintah diam saja. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah pemberdayaan petani buah. Dengan tanah yang subur, masa sih kita tidak bisa bersaing dengan Cina dan Thailand?
Lalu saya belajar kenapa Cina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia bisa mengekspor buah, sedangkan Indonesia tidak. Padahal tanah kita ini lebih subur, air melimpah, pupuk banyak, serta iklimnya mendukung. Saya akan buktikan bahwa kita bisa seperti mereka.

Hasilnya?


Menakjubkan. Buah naga, dalam waktu 1,5 tahun sudah berbuah. Durian montong dan klengkengnya luar biasa. Saya sampai thelek-thelek. Lha iya, tanah sesubur ini kok ditelantarkan. Saya bilang kepada teman-teman, jika petani bisa bertanam dengan hasil seperti ini, mereka tidak perlu menjadi TKI atau merantau ke kota besar. Untuk membuktikan hasil tanaman tersebut, silakan datang ke Ngebrok, argo wisata milik Budi Dharmawan, seluas 234 hektare di Patean, Kendal.
Apakah Anda menjadikan Ngebrok sebagai laboratorium tanaman buah?


Bisa dikatakan seperti itu. Saya sudah bisa membuktikan bahwa sebenarnya kita bisa bersaing dengan negara-negara pengekspor buah itu. Kalau Cina dan Thailand saja mampu, kenapa kita tidak? Tinggal petaninya yang mau berubah atau tidak. Kalau buahnya sama-sama bagus, pasti masyarakat akan menghargai buah lokal.
Bagaimana Anda menularkan pengalaman Anda kepada para petani?


Setelah saya yakin dengan percobaan saya, pada Januari 2006 saya mendirikan Yayasan Obor Tani, khusus untuk memberdayakan petani dengan tanaman buah unggul.
Apa yang dilakukan Obor Tani?


Mengajarkan kepada petani tentang cara menanam buah unggulan yang bagus, dengan mengadopsi keberhasilan Ngebrok. Ngebrok sebagai acuan. Saya tidak mau mengajarkan sesuatu yang hasilnya belum pasti. Bagi petani yang mau menanam buah unggulan, kami menyediakan pinjaman modal tanpa bunga. Jika kesulitan menjual hasil, kami siap membelinya. Saat ini sudah ada lima angkatan yang mengikuti program ini, satu angkatan membutuhkan biaya Rp 100 juta.
Berikutnya, pembentukan Sentra Pemberdayaan Petani (SPT). Caranya, menjadikan sebuah desa sebagai sentra buah unggulan. Inilah pemberdayaan desa yang sesungguhnya. Saat ini baru kami lakukan di Dukuh Gedek Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Di desa itu, kami mengajari petani cara menanam buah klengkeng dari Thailand, seluas 20 hektare. Obor Tani menyediakan bibit, pupuk, dan tenaga instruktur secara gratis.

Tapi pemuda desa saat ini lebih memilih menjadi tukang ojek atau bekerja di kota?.


Betul. Dan hal ini tidak bisa dihentikan sepanjang pemerintah masih berpikiran NKRI, yakni Negara Kuli Republik Indonesia. Tapi jika mencangkul lebih menghasilkan dari pada ngojek, mereka pasti memilih bertani.
Apa syaratnya agar pemberdayaan desa lewat SPT ini berhasil?


Berdasarkan pengalaman, minimal harus ada 20 hektare lahan. Jenis buahnya juga harus satu, jangan beragam. Dengan 20 hektare, panen bisa setiap hari. Jika hanya panen sehari, maka dari sisi bisnis akan rugi. Dengan cara ini, penghasilan petani bisa naik 4-5 kali lipat. Inilah bedanya pemberdayaan berdasarkan pengalaman dengan pemberdayaan yang dilakukan pemerintah.
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk membentuk SPT? Uangnya dari mana?


Satu desa membutuhkan Rp 1 miliar. Itu belum termasuk biaya persiapan. Dananya saya minta dari teman-teman pengusaha. Masing-masing pengusaha saya minta Rp 100 juta. Uang Rp 100 juta, bagi pengusaha tidak menambah kaya atau menjadikan bangkrut. Yang penting transparan.
Berapa SPT yang akan didirikan?


Tahun 2009, kami menargetkan lima desa. Ibu Rustriningsih (Wakil Gubernur Jawa Tengah) sudah menyatakan komitmennya untuk mengajak pengusaha membuka SPT di Kebumen. Empat yang lain belum jelas. Kelima desa tersebut akan menjadi sentra buah yang berbeda. Saya membayangkan, di Jawa Tengah akan banyak sentra buah unggulan. Di Cina, tiap sentra buah luasnya 20 ribu hektare.
Apakah anda optimistis pemberdayaan oleh Obor Tani bakal berhasil?


Selama ini rakyat selalu diajari skeptis. Saya berani melakukan pemberdayaan karena sudah ada contoh yang berhasil, di Ngebrok.
Apakah Anda tidak khawatir tersaingi jika pemberdayaan itu berhasil?


Sama sekali tidak. Nilai impor buah Indonesia mencapai Rp 12 triliun per tahun. Kalau pasar dalam negeri padat, pasar ekspor masih terbuka lebar.
Mengapa Anda tertarik pada pemberdayaan petani?


Setiap manusia mempunyai nurani. Sebagai petani, saya tahu persis betapa susahnya petani sehingga terpaksa merelakan anaknya menjadi TKW. Sebagai petani yang berhasil, Saya bersyukur.
Apa kendala yang muncul selama melakukan pemberdayaan petani?


Minimnya tenaga pengkader yang betul-betul ahli di bidangnya. Susahnya, di Indonesia tidak ada ahli tanaman khusus. SOHIRIN
BIODATA

Nama: Budi Dharmawan

Nama lama: Kwik Kian Djien

Tempat/tgl lahir: Juana, 26 November 1936.

Pendidikan :

Sarjana Teknik Mesin ITB, 1961.
Sarjana Muda Administrasi Niaga UNPAD, 1961.
Pekerjaan: Direktur Utama PT Cengkeh Zanzibar (perkebunan cengkeh dan buah).

Organisasi:

Wakil Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Jawa Tengah.
Ketua Pengurus Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945, Semarang.
Ketua Dewan Pertimbangan Yayasan Pendidikan Karangturi.
Ketua Umum Yayasan Dana Olahraga Jawa Tengah.
Ketua Pengurus Yayasan Obor Tani.
Kebun buah yang dimiliki:

Kalisidi-Ungaran 305 hektare (cengkeh & durian monthong.)
Djomblang-Boja 212 hektare, (jambu air citra, delima, durian, pomelo, rambutan rapiah).
Ngebruk-Patean Kendal, 234 hektare (12 komoditas: rambutan Binjai, durian monthong, srikaya grand anona, klengkeng buah naga, pepaya).
Curug-Curug Sewu Kendal, 415 hektare (cengkeh)
Mataram-Sukabumi, 520 hektare (pepaya dan durian).
Maranginan-Sukabumi, 660 hektare (cengkeh).


http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/14/Berita_Utama-Jateng/krn.20090114.153679.id.html
Share this article :

0 komentar: