Sebagian rombongan yang mengikuti kunjungan kerja Wakil Presiden Boediono di New York, Amerika Serikat, dari tanggal 22 sampai 24 September 2010 adalah tujuh wartawan media cetak dan media elektronik.
Para wartawan ini, antara lain, meliput kegiatan Wapres mengikuti acara pertemuan Clinton Global Initiative (CGI/Gagasan Global Clinton). CGI digagas mantan Presiden AS Bill Clinton untuk membantu pembangunan di negara-negara berkembang. Tema diskusi saat itu adalah meningkatkan akses ke teknologi mutakhir. Lebih dari 14 pengusaha kelas dunia hadir dalam acara diskusi.
Wanita dan Twitter
Wartawan Kompas dan Endy Bayuni dari The Jakarta Post berdiri selama satu jam menghadiri salah satu kelompok diskusi berjudul ”Demokrasi dan Pemilih: Teknologi Pemberdayaan Warga dan Hak Asasi Manusia”.
Ruang diskusi penuh. Di panggung tampil Nicholas Kristof, kolumnis The New York Times. Kemudian ada wanita cantik berusia 60 tahun, Arianna Huffington, penulis dan pendiri The Huffington Post, sebuah situs berita, komentar, dan blog liberal. Ia duduk tidak jauh dari pembicara lainnya, yakni Ashton Kutcher, Wakil Ketua Demi and Ashton Foundation (Yayasan Demi dan Ashton). Ia diperkenalkan oleh Arianna kepada hadirin sebagai suami bintang film terkenal Demi Moore.
Dalam diskusi yang menarik perhatian hadirin ini, Arianna ketika mempersilakan Ashton bicara melontarkan pertanyaan seperti ini, ”Bagaimana kita bisa membuka peluang lebih banyak wanita dewasa dan gadis mengakses dan memeluk teknologi?”
Ashton yang baru diterpa berita gosip selingkuh dengan wanita lain mengungkapkan kekuatan e-mail, Facebook, dan Twitter dalam mendemokratisasi manusia di dunia ini. Ia mengatakan, 80 persen pengguna Twitter yang ia catat adalah wanita. Sementara, katanya, dunia perbudakan modern saat ini 80 persen korbannya adalah perempuan.
Ashton dengan suara serius mengatakan, dengan masuknya sistem Twitter, Facebook, dan e-mail, suara perempuan akan membahana. Pepatah lama yang mengatakan ”women and children first” bisa menjadi kenyataan yang mencengangkan. ”Mungkin pria akan berdiri dan mengatakan tidak lagi nyaman membeli perempuan”.
Ashton juga mengkritik media massa dunia saat ini yang mengabaikan perdagangan anak-anak perempuan di bawah umur dari negara-negara miskin untuk perdagangan seks dunia.
Kemudian dua orang Iran yang lari dari negerinya dan menetap di AS, Omid Memarian (wartawan) dan Pierre Omidyar, mengungkapkan berbagai kecurangan dalam pemilihan umum di Iran bisa terpampang di permukaan dunia karena adanya telepon genggam, Facebook, e-mail, dan Twitter.
Pembicara terakhir dalam diskusi interaktif ini adalah wanita cantik asal Bolivia, Maria Otero, yang sekarang menjabat Wakil Menteri Luar Negeri AS bidang demokrasi dan masalah global yang berkaitan dengan hak asasi manusia, perburuhan, kelautan, lingkungan hidup, kesehatan, pengungsi, migrasi, kesehatan, dan ilmu pengetahuan.
Ia menanggapi pernyataan Arianna yang mengatakan, kekuatan teknologi komunikasi telah mengubah suasana gerakan sosial dunia, termasuk dalam rangka hubungan antara rakyat dan pemerintah serta media massa tradisional. Hak istimewa bukan lagi di tangan pemerintah dan sekelompok kecil media massa berkuasa.
Maria Otero mengatakan, pemerintah di dunia bisa tetap berperan positif di era Facebook dan Twitter ini, yakni memberikan fasilitas kepada rakyat untuk ikut masuk secara proporsional dan tidak lagi menjadi korban. Ia juga mengingatkan kekuatan komunikasi telepon genggam dalam pemilihan umum di Nigeria.
Ketika meninggalkan acara diskusi, Endy Bayuni sempat mengatakan, Arianna tampak lebih cantik ketimbang di layar televisi. Diskusi yang menampilkan dua orang cantik ini tentu berbeda dengan suasana debat kusir dalam tayangan-tayangan televisi berita di Indonesia.
Endy Bayuni juga mengatakan, diskusi di CGI ini mengingatkan kasus Prita serta Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah. Prita adalah seorang pasien yang menghadapi kekuatan rumah sakit besar, sedangkan Bibit-Chandra menghadapi lembaga penegak hukum pemerintah.
Pemerintah harus siap
Kini pemerintah dunia mesti siap menghadapi era Twitter. Arianna mengingatkan hal itu dengan mengatakan, ”Kita sekarang punya alat yang mampu menyentuh hati manusia yang bernama rakyat.”
Perjalanan udara selama 24 jam New York-Jakarta adalah kesempatan untuk merenungkan makna dan suasana diskusi itu. Akan tetapi, perenungan terganggu ketika aroma minyak gosok menyengat tersebar di dalam pesawat terbang. Rupanya seorang perempuan juru kabar berita tidak bisa meninggalkan kebiasaannya mandi minyak angin Cap Kapak. (J Osdar)
0 komentar:
Posting Komentar