BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Apa Yang Salah dengan Neoliberal?

Apa Yang Salah dengan Neoliberal?

Written By gusdurian on Sabtu, 13 Juni 2009 | 12.47

Apa Yang Salah dengan Neoliberal?
Oleh : Bambang Nuroso

Memanasnya suhu menjelang pemilu presiden disertai hangatnya jargon
politik yang mengangkat bahaya ''neolib'' berhasil menggiring semua
capres dan cawapres berusaha menghindari label tersebut. Pertanyaan
kemudian, apa yang salah dengan neoliberal?

/Founding father /''Laissez Faire''/ /pernah mengatakan, ''/The best
economic policy is to let business make their own decision without
government interference/'' (Grolier: 167). Intinya, kegiatan ekonomi
sebaiknya sekecil mungkin terlibat campur tangan pemerintah. Kerangka
dasar pemikiran seperti itu mengilhami lahirnya liberalisasi di sektor
ekonomi awal abad ke-18 hingga kini.

/Physiocrat/ yang hidup pada abad ke-18 tersebut mengemukakan reaksinya
atas larangan praktik ''/Mercantilism/'' pada awal perjalanan sejarah AS
waktu itu. Kebangkitan ekonomi pada masa kolonial ini mengilhami Adam
Smith (abad ke-19) dengan klasik ekonominya yang oleh John Stuart Mill
disebut sebagai /Laissez Faire Capitalism/ serta lahirnya
/Individualistic political theory/ (Grolier: 167).

Abad ke-19 ditengarai Laissez Faire menjadi kekuatan atau serial
liberalisasi hingga kini. Masih di medio abad ke-19, sejalan dengan
gelombang era liberalisasi ekonomi dan bangkitnya industrialisasi, pada
waktu bersamaan, muncul berbagai permasalahan baru yang lazim disebut
/cartelism/, /monopoly/, /oligopoly/, dan lain-lain yang melahirkan
berbagai penyimpangan liberalisasi. Ujungnya, pemerintah masuk dalam
permasalahan ekonomi untuk mencegah penyimpangan yang dimaksud.

Akibatnya kemudian, muncul ''Sherman Anti-Trust'' yang lebih dikenal
dengan ''Sherman Act'' (1890). Disusul ''Clayton Anti-Trust'' atau
''Clayton Act'' (1914) serta ''Robinson_Patmant Anti-Trust'' atau
''Robinson_Patmant Act'' (1936). Semua aturan tersebut lebih fokus pada
upaya pencegahan berbagai praktik curang pada era liberalisasi dan
revolusi industri abad ke-19 yang diprakarsai pemerintah.

*Konsep Neolib*

Melengkapi konstruksi mazhab Laissez Faire yang sangat propasar bebas
dan peran kecil pemerintah dalam ekonomi, ''Kynes'' justru sebaliknya
menyebutkan, ''/...an active government fiscal policy of deficit
spending on public works and other projects/''/ /(TR.DYE:225). Dia lebih
jauh menggarisbawahi bahwa peran penting pemerintah dalam ekonomi dapat
dilakukan dengan berbagai prakarsa kebijakan.

Kebijakan fiskal dengan toleransi defisit anggaran federal bisa
dilakukan demi mengatasi pengangguran (ketika AS dilanda depresi besar
1930-an). Peran pemerintah dalam permasalahan ekonomi ini disebut
neoliberal.

Retorika konservatif (Presiden Ronald Reagan) ketika itu menyebut,
/neoliberal search new solution to the problem of social injustice,
poverty and unmet human need. /Neoliberal menyentuh bagaimana mencari
solusi baru atas berbagai problem, ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan
ketimpangan apa yang menjadi kebutuhan dasar kemanusiaan.

Kepentingan pemerintah atas keberlangsungan industrialisasi mutlak
diperlukan bagi setiap pembangunan ekonomi negara. Yakni, menstimulasi
kekuatan industri seirama dengan pencarian pasar internasional bagi
barang-barang industri, apakah melalui kerangka bilateral maupun
multilateral.

Neolib melihat pentingnya peran pemerintah dalam konteks kerja sama
ekonomi internasional untuk lebih menstimulasi proses produksi,
mendorong investasi, menciptakan inovasi, serta menggali pasar
internasional maupun pasar domestik.

/New liberal/ mendorong pemerintah bisa berperan langsung melalui
berbagai bantuan (/grants/), menciptakan kemudahan proses perbankan
untuk pembangunan ekonomi, revitalisasi sektor industri, menciptakan
lapangan kerja baru, dan menekan/menjaga stabilitas harga. Neoliberal
berkepentingan erat dengan berbagai subsidi di sektor pertanian dan
bantuan oleh pemerintah untuk /small-medium enterprises./

*Keadilan Distribusi Ekonomi*

Presiden Barack Obama merupakan model tokoh identik dengan kekuatan visi
neolib. Dia mencoba membongkar hambatan ekonomi yang menjadi kepentingan
masyarakat luas. Berhasil meyakinkan kongres bahwa paket ekonomi yang
diluncurkan dengan kebijakan fiskalnya mengalirkan keadilan distribusi
ekonomi.

Meringankan beban pajak masyarakat luas, meningkatkan beban tanggung
jawab pajak kepada kelompok ekonomi kuat/raksasa, melindungi pemegang
kartu kredit dari praktik predator lembaga perbankan, serta
menghindarkan praktik saling kanibal ekonomi di lingkungan
raksasa-raksasa ekonomi di AS.

Kasus terakhir, mengancam AIG (American Insurance Group) yang sempat
menyalahgunakan paket bantuan federal untuk segera mengembalikan ke kas
federal. Lemahnya pengawasan pemerintah dalam permasalahan ekonomi pada
masa pemerintahan Bush merupakan simbol penyimpangan neolib, sehingga
menyeret AS pada krisis ekonomi serius.

Pemulihan pernah dilakukan pendahulu Presiden Obama seperti F.D.
Roosevelt dan Bill Clinton yang berhasil memompa kembali ekonomi AS yang
ambruk ketika itu. Praktik neolib sekali lagi lebih mewakili bagaimana
pemerintah melindungi, memprakarsai, sekaligus menjadi regulator di
tengah badai krisis.

Liberalisasi sebagai roh neolib juga telah banyak memberikan manfaat
bagi Indonesia. Berbagai preferensi yang selama ini diperoleh Indonesia
dari negara-negara maju merupakan hasil dari liberalisasi. Banyaknya
investasi yang masuk ke Indonesia dan terserap jutaan lapangan kerja
juga karena liberalisasi.

Terbukanya lapangan kerja TKI di luar negeri karena liberalisasi dan
banyak lagi nilai tambah liberalisasi yang kemudian menjadi wawasan
neolib. Konsep ekonomi kerakyatan bagus, konsep ekonomi jalan tengah
baik, dan konsep neoliberal tidak jelek, asalkan berjalan pada
masing-masing rel tanpa menciptakan kanibalisme ekonomi.

Pengalaman tersebut merupakan cermin neolib yang sering dianggap monster
di Indonesia, tapi kurang dipahami sebagai solusi. Tidak harus dijauhi,
tidak harus ditakuti, tapi perlu adanya kewajiban moral para petinggi
negara untuk menjelaskannya kepada masyarakat luas betapa besar dan
pentingnya peran pemerintah dalam ekonomi. *(*)*

/*). Bambang Nuroso, dosen Program Pascasarjana Kajian Wilayah Amerika,
UI, Jakarta/

http://jawapos.com/halaman/index.php?act=showpage&kat=7
Share this article :

0 komentar: