BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Sakitnya Ditusuk Hacker

Sakitnya Ditusuk Hacker

Written By gusdurian on Jumat, 17 April 2009 | 12.20

Sakitnya Ditusuk Hacker
Oleh Supriyoko

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) yang sedang membawa beban berat karena banyaknya complain anggota masyarakat, termasuk pimpinan partai politik, terhadap pelaksanaan pemilu legislatif, sekarang dipusingkan oleh serangan kaum peretas, penggondam, penghancur, atau yang dalam dunia maya lebih dikenal dengan sebutan hacker.

Betapa tidak, kalau sampai serangan kaum peretas tersebut berhasil, maka rusaklah data pemilu legislatif; hancurlah tabulasi data nasional Pemilihan Umum Tahun 2009. Dan kalau hal itu terjadi, maka bukan saja KPU yang akan menangis, tetapi Indonesia akan berduka. Kalau data itu rusak, maka pemilihan umum yang telah menghabiskan dana triliunan rupiah tidak mampu menghasilkan apa-apa terkecuali ketegangan, keberingasan, dan saling menyalahkan antaranak bangsa.

Sekarang telah dibentuk "Tim Penyelamat Data" yang unsurnya dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia Security Incident Responses Team on Internet Infrastructure (SIRTII), dan Mabes Polri. Meskipun tim ini sudah bekerja keras, tetapi belum ada satu pun kaum peretas yang dapat ditangkap. Data pemilu sampai sekarang memang masih aman, tetapi tetap saja berpotensi dihancurkan.

Hacker Indonesia

Meskipun perkembangan teknologi informasi di Indonesia belumlah semaju Singapura dan Australia, akan tetapi dalam soal peretas, rasanya kita tidak ingin kalah. Yang mengancam keamanan tabulasi data nasional KPU pun disinyalir bukan kaum peretas dari mancanegara, akan tetapi justru para hacker anak negeri sendiri. Di kalangan kaum maya, hacker Indonesia memang dikenal telah memiliki kredibilitas tersendiri.

Barangkali kita masih ingat, pada tahun 2000 seorang peretas Indonesia asal Malang telah menghebohkan masyarakat dan kepolisian Singapura atas ulahnya yang merusak jaringan data di Negeri Singa tersebut.

Nama aslinya Wenas Agustiawan yang memakai nama samaran Hantu Crew alias HC. Usianya baru 15 tahun. Karena kecerdasannya, dia berhasil membobol situs Data Storage Institute Singapore dan beberapa situs besar lainnya. Kecerdasan yang disalurkan secara keliru dengan melakukan cyber crime tersebut akhirnya harus ditebus dengan hukuman. Dia tertangkap oleh polisi Singapura dan dibawa ke pengadilan.

Karena usianya masih muda, dia tidak dikenai hukuman badan, tetapi hukuman denda sekitar 75 juta rupiah; angka yang cukup aduhai ketika itu.

Apabila Singapura berhasil dihebohkan oleh Wenas, maka Amerika Serikat (AS), tepatnya pihak kepolisian Tuckzon, Arizona, berhasil digegerkan oleh peretas Indonesia lainnya yang bernama samaran Hmei7. Tidak tanggung-tanggung, dalam hal ini, yang dirusak situs milik institusi kepolisian itu sendiri. Memang kerusakan situs tersebut akhirnya dapat diperbaiki, tetapi sampai kini hacker Indonesia tersebut tidak pernah ditangkap.

Kaum peretas kita juga pernah saling serang dengan kaum penggondam Malaysia. Di sisi lain penggondam kita pun pernah "berduel" dengan peretas Australia. Hacker kita yang menggunakan nama samaran TarJO bahkan sempat ditakuti oleh para pemilik situs di Australia.

Amankan Data Pemilu

Berbicara tentang peretas, penggondam, penghancur, atau hacker sebenarnya tersirat sesuatu yang membanggakan karena mereka itu sebenarnya orang yang cerdas dan sedikit banyak menguasai teknologi dunia maya. Sayang, kecerdasannya tersebut disalurkan secara negatif yang dapat merugikan orang atau pihak lain.

Seorang peretas bisa saja membuat program untuk membuat kerusakan sementara (temporary break down) data pada situs yang dikehendaki. Data pada pitus yang terserang program ini tiba-tiba akan menghilang, namun dalam waktu tertentu akan muncul kembali.

Kerusakan seperti itulah yang dialami oleh situs kepolisian Tuckzon, Arizona (AS), atas ulah peretas kita Hmei7. Seorang peretas bisa juga membuat program untuk membuat kerusakan tetap (permanent break down) data pada situs yang dikehendaki. Data pada situs yang terserang program ini akan rusak secara tetap. Kerusakan seperti itu dialami oleh situs Lembaga Data Singapura atas ulah peretas kita HC atau Hantu Crew.

Sejahat-jahat hacker toh ia seorang manusia juga. Memang ia mempunyai pikiran yang cerdas, akan tetapi ia pun tentu memiliki hati. Artinya, kalau bisa, kecerdasannya itu disalurkan kepada hal yang positif; kalaupun tidak bisa, artinya tetap disalurkan kepada yang negatif, maka jangan merusak tabulasi data pemilu. Data ini sangat mahal harganya dan harus kita amankan bersama. Di situlah hati seorang peretas perlu bicara.

Bayangkan, data yang rusaknya relatif kecil saja sering menimbulkan keberingasan, misalnya karena manipulasi oleh petugas pemilu di lapangan; apalagi kalau kerusakan datanya bersifat permanen akibat ulah para peretas nakal. Memang, ditusuk hacker itu sakit rasanya.

*. Prof Dr Ki Supriyoko SDU MPd, pembina Sekolah Unggulan Insan Cendekia Yogyakarta; dan pengajar Teknologi Pendidikan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Unsuri Surabaya

http://jawapos.com/
Share this article :

0 komentar: