BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ketika Cukup Dianggap Tak Cukup Naomi Wolf # Pegiat politik dan kritikus sosial Nilai dolar Amerika anjlok, ekonomi terperosok, sementara krisis ide

Ketika Cukup Dianggap Tak Cukup Naomi Wolf # Pegiat politik dan kritikus sosial Nilai dolar Amerika anjlok, ekonomi terperosok, sementara krisis ide

Written By gusdurian on Minggu, 19 April 2009 | 13.10

Ketika Cukup Dianggap Tak Cukup

Naomi Wolf
# Pegiat politik dan kritikus sosial

Nilai dolar Amerika anjlok, ekonomi terperosok, sementara krisis identitas mengguncang negara di seluruh dunia. Lalu, apa yang menjadi obsesi rakyat Amerika pada momen yang kritis ini? "Octamom": kisah Nadya Suleman, seorang ibu tunggal di Los Angeles yang, setelah melahirkan tujuh anak, menjalani perawatan kesuburan dan melahirkan lagi anak yang kedelapan.

Kisah ini biasanya cuma dianggap keanehan biasa. Tapi, sejak tersiarnya berita mengenai Nadya ini, puluhan media utama terobsesi melaporkan setiap langkah yang diambil Nadya. Dan seakan-akan disebut sebagai "Octamom" alias “Mom Delapan Anak” itu saja belum cukup, bintang-bintang pop seperti Cher maju mencerca Nadya, berbagai blog bermunculan menceritakan bedah plastik yang dijalaninya, sementara situs-situs entertainment mengirim wartawannya untuk membuntutinya ke mana-mana, membeberkan kunjungannya ke klinik kosmetik kelas atas itu.

Memang banyak yang patut dikecam: Nadya dan orang tuanya hidup dari food stamp, semacam kupon pangan yang diberikan pemerintah untuk keluarga yang tidak mampu, anak-anak yang tidak punya kelengkapan bayi yang memadai, sementara orang tuanya sendiri mengatakan kepada wartawan bahwa mereka tidak suka terhadap gaya hidup anaknya. Mereka yang mempublikasikan kehidupan Nadya ini akhirnya muak dan mengatakan wanita muda itu "gila”.

Banyak sudah bintang-bintang media yang berkilau sejenak dalam budaya pop AS sebelum Nadya, tapi kisah mengenai dirinya ini terus berlangsung, dan emosi yang menyertainya tampaknya mencerminkan dendam dan kemarahan yang aneh.

Saya yakin obsesi banyak orang atas Nadya ini merupakan proyeksi rasa bersalah dan malu atas pilihan-pilihan yang mereka ambil akhir-akhir ini. Nadya tidak mempunyai pekerjaan yang berarti, tapi ia mampu menjalani perawatan kesuburan serta bedah kosmetik yang mahal. Lebih-lebih lagi, bedah yang dijalaninya tampaknya bertujuan membuatnya bagaikan aktris Angelina Jolie. Ia tinggal di sebuah rumah yang cukup besar, tapi tidak punya tempat tidur yang layak untuk anak-anaknya.

Di masa lalu, wanita seperti Nadya yang tidak mempunyai suami menjadi cercaan umum. Sekarang, aib semacam itu hampir tak ada bedanya dengan cerita-derita lainnya: seorang wanita penganggur berani bercita-cita menjadi seseorang dengan status begitu tinggi, dan menghamburkan uang seraya mengandung begitu banyak bayi yang tidak berdosa dan patut dilindungi serta dirawat, tapi yang terabaikan akibat pilihan-pilihan salah oleh seorang ibu yang mementingkan dirinya sendiri. Terkesima oleh simbol-simbol kemewahan dan tingkat konsumsi yang sebenarnya tidak mampu diraihnya, ia berlaku seperti anak-anak tanpa memikirkan masa depannya.

Kedengarannya biasa? Kedengarannya seperti seseorang yang Anda kenal?

Saat ini rakyat Amerika sedang sempoyongan akibat ulah mereka sendiri. Gelembung masalah perumahan yang meletus itu adalah akibat jutaan orang di negeri itu meminjam uang dalam jumlah lebih besar daripada yang mampu mereka bayar kembali--dan mereka tahu itu. Tidak sulit mengenali dari kepedihan mereka yang sekarang kehilangan rumahnya, bagaimana sesuatu yang aneh dan tidak masuk akal telah terjadi: jutaan orang Amerika tergoda oleh fantasi rumah besar yang indah, tidak punya rencana yang jelas mengenai masa depan mereka, namun berkeyakinan semuanya bakal berakhir dengan baik. Optimisme Amerika menjadi kutukan, bukan berkah.

Dibekukannya kredit sebagian merupakan ulah para bankir dan manajer reksadana yang berperilaku sama seperti Nadya Suleman, mempertaruhkan masa kini untuk masa depan yang tidak bisa diwujudkan. Tapi ia juga akibat ulah orang-orang awam Amerika yang menumpuk utang kartu kredit yang lebih besar daripada generasi mana pun sebelumnya.

Di mal, atau di rumah lewat Internet, orang-orang Amerika berperilaku seperti Nadya Suleman juga: tergoda tas dan sepatu mewah, perawatan kecantikan, dan liburan, serta kehidupan bintang-bintang yang mereka kagumi dan mereka anggap biasa. Dan, setelah tersendatnya pendidikan dan perawatan kesehatan serta terancam hilangnya jaminan sosial, anak-anak mereka, seperti anak-anak Nadya, sekarang terancam masa depannya karena pilihan-pilihan yang mereka buat sendiri.

American Dream tahun-tahun 1950 yang terhormat dan terkendali--pendidikan tinggi yang pantas dan terjangkau, rumah yang kecil milik sendiri, harapan bahwa anak-anaknya akan hidup lebih baik daripada orang tuanya--telah diletakkan pada tempat yang salah pada satu setengah dekade terakhir ini. Dalam versi reality show baru American Dream ini, tidak terhitung banyaknya orang Amerika yang berharap mampu hidup, berpenampilan, menari, dan berpesta bagaikan selebritas. Atau jika tidak, maka mereka merasa gagal dalam kehidupan ini. Cukup tidak lagi dianggap cukup.

Itulah American Dream yang diimpikan Nadya Suleman, dan, dalam obsesinya atas kehidupan ala Nadya, orang-orang Amerika mulai menyadari betapa tersesatnya mereka. Sesungguhnya suatu perasaan lega yang aneh sekarang merasuk ke dalam bawah sadar orang-orang Amerika, sementara ekonomi konsumtif negeri itu mengalami kemacetan. Perasaan lega ini datang bukan dari keinginan untuk belanja seperti Nadya, atau Britney Spears, atau tetangga di jalan sebelah sana. Ia datang dari kesadaran bahwa mungkin sebenarnya apa yang mereka miliki cukup untuk membeli rumah yang kecil dan membiayai pendidikan anak-anak yang sudah ada saat ini. *

http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/04/18/Opini/krn.20090418.162853.id.html
Share this article :

0 komentar: