Wah, SBY Merapat ke Cendana?
R Ferdian Andi R
INILAH.COM, Jakarta – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima Pemuda Panca Marga (PPM) di Istana. SBY menanggapi positif usulan gelar pahlawan untuk mantan Presiden Soeharto. Inikah tanda-tanda Yudhoyono merapat ke Cendana?
Melalui Pemuda Panca Marga (PPM), Presiden Yudhoyono seperti memberi pesan, ingin mencuri simpati keluarga Cendana. Apalagi, kondisi saat ini menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum 2009.
PPM yang merupakan OKP yang terdiri dari anak para keluarga TNI mengusulkan agar mantan Presiden Soeharto diberikan gelar pahlawan nasional. Mendengar usulan tersebut, Presiden Yudhoyono menanggapinya cukup positif.
“Tanggapan beliau bagus, asal bisa dipenuhi dengan tahapan-tahapan tertentu, misalnya melalui bintang kehormatan," ungkap Sekjen PPM, Agoest Zakaria kepada wartawan di Istana Negara, Selasa (3/2).
PPM mengusulkan gelar pahlawan untuk Soeharto karena kiprah presiden kedua RI telah banyak bagi republik ini. Pemberantasan pemberontakan G30S PKI, sambung Agoest, menjadi salah satu bukti kiprah Soeharto. Apalagi, lanjut Agoest, secara emosional, PPM dan Soeharto memiliki hubungan khusus. “Kita memiliki hubungan, karena orang tua kita tentara,” tegasnya.
PPM memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga tentara. Selain PPM, ada juga Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia (FKPPI). Dalam sebuah kesempatan, Presiden Yudhoyono juga mengaku sebagai anggota FKPPI. Di samping dirinya tentara, ayah dan mertuanya juga tentara. Jadi, hubungan Yudhoyono dengan keluarga besar purnawirawan bukanlah hubungan biasa.
Menanggapi usulan pemberian gelar pahlawan nasional terhadap mantan Presiden Soeharto, peneliti sejarah LIPI Asvi Warman Adam, berpendapat lain. Gelar pahlawan nasional diberikan kepada orang yang memiliki jasa yang sangat besar bagi nusa, bangsa dan rakyat Indonesia. Kecuali itu, dia tidak pernah cacat dalam perjuangannya.
“Persoalannya, Soeharto memiliki keduanya. Dia berjasa, tapi juga punya cacat,” terangnya kepada INILAH.COM, Selasa (3/2) di Jakarta.
Ia menilai respon Presiden Yudhoyono cukup normatif-prosedural, tidak negatif dan tidak positif. Menurut Asvi, prosedur pengajuan gelar pahlawan nasional terhadap seseorang muncul dari bawah. Mulai dari pemerintah kabupaten tingkat II, pemerintah provinsi tingkat I, hingga ke Departemen Sosial.
“Nah di Depsos diserahkan ke Badan Pembina Pahlawan Pusat, lalu diserahkan ke presiden. Presiden menentukan dengan rujukan Dewan Pertimbangan,” papar pria asal Padang ini.
Meski demikian, bukan tanpa celah memainkan pemberian gelar pahlawan untuk kepentingan jangka pendek seperti pemilu. Pemberian gelar pahlawan tahun lalu yang memicu kontroversi karena diduga sarat kepentingan politik. Pemerintah memberikan gelar itu kepada Bung Tomo (Jawa Timur), Abdul Halim (Jawa Barat), dan M Natsir (Masyumi). “Kriteria yang diterapkan pemerintah tidak jelas, bahkan menjadi politis,” katanya.
Menurut dia, di antara tiga nama yang tahun ini mendapat gelar kepahlawanan, hanya Bung Tomo dan M Natsir yang relatif lebih dikenal publik. “Abdul Halim memang menjadi anggota BPUPKI, perannya kecil. Dia seorang pengasuh pesantren,” kata Asvi.
Disebut-sebut pemberian gelar pahlawan kepada Abdul Halim terkait dengan pemilu untuk memperkuat basis pemilih di wilayah Jawa Barat. Tentu, sulit untuk membuktikan rumor ini.
Sementara aktivis Forum Kota (Forkot) Mixil Mina Munir mengaku tidak heran atas usulan PPM dan respon Presiden Yudhoyono atas pemberian gelar terhadap Soeharto. “PPM itu seperti anak yang ngomong ke orang tuanya (Yudhoyono) agar mbahnya (Soeharto) dikasih gelar. Mana mungkin Yudhoyono menolaknya,” tegasnya.
Menurut alumnus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut, pihaknya dipastikan bakal menolak pemberian gelar pahlawan terhadap Soeharto. Menurut dia, gelar pahlawan memiliki parameter yang jelas dan tidak ringan. “Soeharto tidak layak mendapat gelar pahlawan. Kami menolak Soeharto diberi gelar pahlawan,” tegasnya.
Figur Soeharto oleh sebagian elit politik masih dipandang sebagai figur yang menarik dan memiliki magnit. Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) menjadi partai politik pertama yang menjual figur Soeharto pada Pemilu 2004 lalu. Setelah itu disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga memasang foto Soeharto dalam iklan politiknya, November lalu.
Kini, tampaknya Yudhoyono tergiur untuk memberi gelar pahlawan terhadap Soeharto. Adakah Yudhoyono berharap berkah atas Soeharto? [I4]
http://inilah.com/berita/politik/2009/02/03/80946/wah-sby-merapat-ke-cendana/
Wah, SBY Merapat ke Cendana?
Written By gusdurian on Rabu, 04 Februari 2009 | 10.49
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar