BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Ponari Bagian dari Kultur Masyarakat.

Ponari Bagian dari Kultur Masyarakat.

Written By gusdurian on Senin, 16 Februari 2009 | 11.50

Suyanto, Bupati Jombang:
Ponari Bagian dari Kultur Masyarakat.
Ponari tiba-tiba menjadi fenomena di Jawa Timur, khususnya Jombang. Lebih dari 40 ribu warga dari berbagai kota datang kepadanya. Siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Balongsari, Kecamatan Megaluh, Jombang, itu dipercaya memiliki kemampuan menyembuhkan berbagai penyakit.

Hanya dengan Rp 1.000, banyak yang mengaku sembuh setelah meminum air celupan batu pipih keemasan, yang konon didapat Ponari setelah tersambar petir sebulan lalu. Selama tiga pekan membuka praktek pengobatan, empat pengunjung tewas setelah antre berdesakan berjam-jam.

Kepada wartawan Tempo Yekhti HM yang menemuinya Rabu lalu di rumah dinasnya, Bupati Jombang Suyanto menolak tudingan warga miskin Jombang datang ke Ponari karena pemerintah setempat gagal menyediakan layanan kesehatan murah. Berikut ini petikan wawancaranya.

Mengapa Ponari begitu menyedot perhatian masyarakat?


Sebenarnya, Ponari itu fenomena yang biasa. Tapi, karena blow up pemberitaan media, terutama televisi, Ponari muncul menjadi luar biasa. (Pemberitaan) seperti iklan. Pemberitaan yang menasional merangsang siapa pun yang sakit untuk berdatangan. Ponari seperti memberi harapan kesembuhan.

Ponari bagian dari kultur masyarakat. Masyarakat kita mengenal dukun tiban, yang mempunyai kekuatan spiritual dan sangat dipercaya dapat menyembuhkan.
Yang datang berobat sebagian besar masyarakat Jombang. Bagaimana perhatian Pemerintah Kabupaten Jombang terhadap layanan kesehatan masyarakat miskin?


(Fenomena Ponari) tidak bisa dikaitkan dengan rendahnya pelayanan kesehatan untuk masyarakat miskin. Tidak berbanding lurus. Masyarakat modern yang mengalami keterasingan secara kejiwaan akan mencari "pelarian" yang bisa memberikan rasa aman, terlindungi, dan ketenteraman. Ponari dianggap alternatif yang bisa memberikan itu.

Di Jombang, kami sudah memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk masyarakat miskin. Puskesmas rawat inap dan layanan rumah sakit terus kami tingkatkan. Masyarakat kelas menengah yang tidak mendapat layanan gratis di rumah sakit dan telah habis ratusan juta pasti akan mencoba ke Ponari dengan harapan hanya membayar Rp 5 ribu, bisa sembuh.
Bukan karena masyarakat miskin Jombang tidak bisa merasakan layanan kesehatan secara optimal?


Jangan salah, yang datang (ke Ponari) tidak hanya masyarakat miskin, tapi jenderal-jenderal juga. Yang diobati awalnya perangkat desa, pegawai pemerintah daerah. Malah masyarakat miskin belum percaya. Jadi, tidak bisa dikaitkan dengan kualitas pelayanan untuk masyarakat miskin. Apalagi, sarana transportasi menuju rumah Ponari juga mendukung aksesibilitas masyarakat. Saya bukan mencari alasan pembenar, lho.
Berapa biaya kesehatan untuk rakyat miskin yang dianggarkan tahun ini?


Sekitar Rp 1,712 miliar untuk 100 ribu masyarakat miskin nonkuota jaminan kesehatan masyarakat, asal punya surat keterangan tidak mampu. Selain itu, Rp 2,1 miliar untuk operasional layanan puskesmas. Di setiap puskesmas ada dua dokter umum dan satu dokter gigi. Kami sediakan dokter spesialis, fasilitas laboratorium, rontgen, operasi, dan layanan rawat inap di enam puskesmas dari 38 puskesmas yang ada di Jombang. Untuk yang tidak mampu, semua itu gratis, termasuk layanan kelas tiga di Rumah Sakit Jombang. Totalnya sekitar Rp 6 miliar untuk kesehatan masyarakat miskin sampai September 2009.
Berapa jumlah masyarakat miskin di Jombang?


Sekitar 255.130 jiwa dari 1,5 juta jiwa masyarakat Jombang termasuk kategori miskin. Lebih dari 60 ribu keluarga atau sekitar 21 persen.
Anggaran untuk mobil dinas bupati dan pejabat lain sekitar Rp 2,8 miliar. Bagaimana menurut Anda?


Jangan hanya dilihat jumlahnya. Anggaran itu hanya untuk menambah mobil dinas pos-pos baru. Aturan baru menyebabkan terjadinya pembengkakan. Masak kepala dinas tidak diberi mobil dinas. Anggaran itu juga untuk mengganti mobil camat-camat yang tidak diganti sejak 1996. Tapi, perlu diperhatikan, kami juga menganggarkan Rp 49 miliar dalam tiga tahun anggaran untuk pembangunan puskesmas Ploso setara Rumah Sakit tipe D untuk meng-cover 5 kecamatan di utara Brantas. (Dia tergopoh menunjukkan proposal pembangunan Puskesmas Ploso).
Sebagai bupati yang menjabat dua periode, Anda tidak malu melihat banyak masyarakat miskin Jombang datang ke Ponari?


Lho, kok koyok ngono, jenderal sing rono (Lho kok seperti itu, jenderal yang ke sana), bukan hanya orang miskin. Saya temukan sendiri. Variabel kemiskinan dan rendahnya mengakses layanan kesehatan untuk masyarakat miskin sangat kecil. Banyak variabel pendukung lain yang menyebabkan masyarakat kita tidak rasional. Orang kaya yang bisa berobat ke Rumah Sakit Elisabeth Singapura akan ke Ponari jika tingkat kesadaran dan kepercayaan terhadap hal-hal metafisik lebih kuat.
Apakah itu berarti Anda tidak merasa gagal dalam menyediakan layanan kesehatan untuk masyarakat miskin?


Tidak. Saya tidak pernah merasa gagal karena (Ponari) ini bukan hanya (menjadi) kebutuhan masyarakat miskin. Lebih berkaitan dengan kultur dan ekses dari masyarakat modern yang teralienasi karena perubahan sosial yang cukup besar akibat globalisasi. Mereka sudah putus asa berobat medis, sekadar coba-coba atau sangat percaya hal-hal mistis. Kenyataannya, orang Malaysia ada yang berobat ke Ponari. Tapi, apakah bisa ditarik kesimpulan secara induktif layanan kesehatan di Malaysia gagal?
Pemerintah terkesan terlambat mengantisipasi hingga timbul korban jiwa?


Tidak ada yang terlambat. Saya tidak ingin menyalahkan pihak-pihak yang telah bekerja keras. Puluhan ribu orang dalam keadaan sakit datang ke sana. Yo opo malaikat (pencabut nyawa) nggak intip-intip (Bagaimana malaikat tidak mengincar mereka). Lagi pula, rata-rata yang meninggal bukan karena berdesakan.
Saksi mata mengatakan karena berdesakan?


Ya, awalnya orang antre pasti berdesakan. Tapi karena sakit, mereka istirahat, akhirnya meninggal. Satu lagi yang meninggal, sudah lain desa. Mereka itu bukan orang-orang sehat.
Apa hasil dari pertemuan Musyawarah Pimpinan Daerah?


Orang tua memang ingin menutup karena khawatir jatuh korban lagi. Begitu juga Ponari. Tapi, kami kan harus arif. Hanya hari itu saja ditutup dan kami minta masyarakat kembali ke rumah.
Setelah ada yang tewas, mengapa tidak ditutup selamanya?


Tidak arif kalau kami tutup selamanya. Nanti akan kami tata, sambil mengembalikan kondisi Ponari. Selanjutnya, akan kami bantu manajemen dengan membatasi jumlah pengunjung. Mereka akan dicatat dan ditentukan jadwal berobat, selain melihat waktu luang Ponari. Jangan sampai sekolah dan waktu bermainnya terganggu.

Dia sudah kadung dipercaya masyarakat. Tidak arif kalau diberhentikan begitu saja. Lagi pula, permasalahan Ponari sudah kompleks, terkait dengan penjual makanan, penguasaan lahan parkir, kecemburuan sosial. Jangan sampai niat baik Ponari ini dieksploitasi.
Biodata

Suyanto

Lahir:

Jombang, 5 Januari 1965
Pendidikan:

Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya (lulus 1985)
Pascasarjana Universitas Wijaya Kusuma (2007)
Karier:

1986-1994: Guru
1994-2000: Wiraswasta
2000-2003: Wakil Bupati Jombang
2003-2013: Bupati Jombang


http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/16/Berita_Utama_-_Jatim/krn.20090216.156928.id.html
Share this article :

0 komentar: