BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Momok PHK,Kembali Lagi?

Momok PHK,Kembali Lagi?

Written By gusdurian on Jumat, 13 Februari 2009 | 12.17

Dalam kehidupan kita ada beberapa hal yang selalu ingin kita hindari, selain sakit ataupun menjadi miskin adalah kehilangan pekerjaan.


Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang mengancam dunia tentu saja membuat kita semuanya merasa prihatin. International Labor Organizaton (ILO) menyatakan bahwa pada saat ini kita menghadapi krisis pengangguran karena PHK global bisa mencapai sekitar 50 juta orang akibat krisis ekonomi tahun 2009 saja.

Bahkan diperkirakan lebih dari 200 juta orang dari negara berkembang akan menghadapi kemiskinan yang ekstrem, hidup menderita.Jelas gambaran tersebut bukan merupakan potret yang ingin kita lihat pada saat ini meskipun mau tidak mau harus kita hadapi. Krisis ekonomi dunia tampaknya semakin parah dilihat dari berbagai data yang ada.

Situasi yang kita hadapi semakin mengkhawatirkan. Krisis ekonomi global sudah menyeret dunia menghadapi krisis pengangguran karena besarnya PHK. Bagaimana dengan Indonesia? Krisis ekonomi dan pengangguran dunia yang semakin serius tampaknya juga merembes ke Indonesia.

Tiap data baru cenderung menunjukkan konfirmasi bahwa pemburukan tengah terjadi.Bahkan ekspor saja juga sudah merosot hingga lebih dari 50% menurut pernyataan Menteri Keuangan. Selain itu, berbagai laporan menunjukkan bahwa semakin banyak industri manufaktur yang gulung tikar (di Jawa Barat sudah 20).

Demikian juga perusahaan manufaktur yang berkurang ordernya sudah menjadi berita harian. Kapasitas terpasang yang digunakan oleh dunia usaha sudah turun tajam, ada yang mencapai 50%. Masalah yang dihadapi menjadi semakin serius karena bukan saja sektor industri yang terpukul, tapi pertanian, tambang, jasa, pariwisata, hampir semuanya terpukul.

Bukan hanya di Jawa-Bali (seperti pada krisis 1997), tapi semua daerah terkena baik di perkotaan ataupun perdesaan.Hanya bisnis yang bergerak pada kebutuhan pokok ataupun kesehatan yang pukulannya tidak besar. Dengan kondisi dunia usaha seperti itu,tentu yang lebih menakutkan lagi adalah bagaimana dengan tingkat kesempatan kerja kita? Apa juga akan ada PHK massal seperti di tingkal global?

PHK Massal tak Terelakkan?

Situasi yang kita hadapi pada saat ini sungguh amat memprihatinkan. Memburuknya ekonomi Indonesia sudah menjadi realitas. Krisis ekonomi sudah mulai masuk ke Indonesia dengan semakin banyaknya data pemburukan ekonomi yang terjadi. Apakah PHK besar-besaran dapat dihindarkan di Indonesia?

Melihat perkembangan ekonomi dunia yang semakin buruk dan kenyataan bahwa ekonomi Indonesia banyak tergantung pada ekonomi global membuat kemampuan Indonesia bertahan juga tidak besar. Apalagi selama ini kebijakan ekonomi setelah kita setelah pulih dari krisis 2004 juga tidak banyak diarahkan untuk mengatasi masalah struktural ekonomi kita.

Karena itu,masalah dasar ekonomi tak kunjung teratasi seperti ketergantungan pada luar negeri yang besar, infrastruktur semakin buruk (krisis listrik yang semakin memprihatinkan), daya saingyangrendahdanmasih cenderung merosot (lebih rendah dari Malaysia dan Thailand), penganggurandankemiskinanmasihtinggi.

Halitu membuat kemampuan Indonesia menghadapi krisis juga rendah dan pada akhirnya akan membawa dampak pada kehidupan masyarakat: yang sudah berat akan semakin berat. Depnakertrans menyatakan bahwa hingga 23 Januari 2009 yang lalu sudah ada 27.578 orang telah terkena PHK, 24.817 orang akan di-PHK, dan 11.993 orang akan dirumahkan.

Dari data tersebut tampaknya dampak krisis pada dunia usaha belum terlalu besar. Namun diyakini bahwa orang yang kehilangan pekerjaan lebih besar dari data tersebut. Apalagi PHK yang sudah banyak dilakukan untuk pekerja harian lepas,kontrak, dan outsourcing ataupun pekerja tetap belum tentu dilaporkan ke Depnakertrans.

Memang banyak pengusaha yang baru akan melakukan PHK setelah pemilu atau bulan April, tapi pemburukan permintaan terjadi di semua sektor dan daerah sehingga PHK sudah terjadi di mana-mana. Tampaknya masalah PHK yang kita hadapi lebih berat dari lagi. Apindo Jawa Barat (Jabar) saja menyatakan bahwa sampai sekarang sudah ada PHK 27.000 orang di Jawa Barat.

Sementara itu Apindo Jakarta menyatakan bahwa pada Desember 2008 saja pekerja Jakarta yang di-PHK sudah mencapai 10.000 orang. Bahkan di Kalimantan Timur juga ada 4.000 karyawan agroindustri yang sudah di-PHK. Dari tiga daerah itu dan hanya beberapa sektor yang sangat terbatas saja jumlah PHK jelas sudah lebih besar dari data Depnakertrans sehingga hal itu dapat menjadi gambaran bahwa situasi yang kita hadapi jauh lebih berat lagi.

ILO memperkirakan bahwa pada 2009 diperkirakan PHK di Indonesia akan mencapai 650.000 orang. Suatu angka PHK yang luar biasa besarnya. Namun pengusaha menyatakan bahwa itu adalah angka konservatif karena PHK di sektor konstruksi saja bisa mencapai sekitar 1 juta orang jika ada pengurangan tenaga kerja sekitar 10% saja.

Padahal sektor konstruksi merencanakan PHK 30% dari tenaga kerjanya sehingga dari gambaran domestik saja jelas potretnya memprihatinkan. Belum lagi penempatan TKI keluar negeri akan semakin terbatas, bahkan gelombang pemulangan TKI yang besar bisa terjadi tahun ini mengingat krisis ekonomi juga melanda negara tujuan kerja TKI.

Melihat krisis ekonomi yang semakin buruk dan kemampuan kita bertahan yang lemah serta ketergantungan kita pada luar negeri yang besar, gelombang PHK massal yang mulai terjadi akan semakin meningkat pada tahun ini. Meskipun Paket Stimulus Fiskal yang direncanakan Rp71,3 triliun akan diluncurkan, diperkirakan kemampuannya menahan gelombang PHK juga terbatas.

Selain itu sudah agak terlambat juga karena masalah struktural ekonomi yang ada akan membatasi kemampuan paket tersebut untuk mengurangi pemburukan ekonomi dan gelombang PHK. Meski demikian tetap saja paket tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari krisis ekonomi yang semakin memburuk, meski terbatas.(*)

Dr Sri Adiningsih
Ekonom UGM


http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/210563/
Share this article :

0 komentar: