BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Pesawat Jet pun Takluk

Pesawat Jet pun Takluk

Written By gusdurian on Kamis, 22 Januari 2009 | 10.05

Pesawat Jet pun Takluk
Bagaimana burung bisa menjatuhkan sebuah pesawat.
NEW YORK - Temperatur Sungai Hudson saat ini amat dingin, dengan suhu lima derajat Celsius. Namun, dingin yang menusuk tulang pada Selasa lalu itu tak menghalangi dua orang polisi menyelami air sungai yang deras itu untuk mencari mesin pesawat jet maskapai U.S. Airways, yang hilang ketika mendarat darurat di sungai tersebut.

Benda yang dicari itu, mesin kiri pesawat, telah terdeteksi sonar terbenam di kedalaman 18 meter. Namun, para penyelam muncul kembali dengan tangan kosong. Pencarian terpaksa dilanjutkan keesokan harinya karena langit petang terlalu gelap, menurut Paul J. Browne, juru bicara Kepolisian New York. "Cuaca yang dingin dan kondisi sungai yang sedikit membeku memperlambat upaya penyelam," katanya.

Sebuah robot bawah air yang dilengkapi kamera video juga dikerahkan, tapi arus terlampau kencang. Padahal mesin itu amat penting dalam proses investigasi kecelakaan yang menimpa Airbus A320, yang dua mesinnya kehilangan tenaga hanya 90 detik setelah lepas landas dari Bandar Udara La Guardia di New York menuju Charlotte, North Carolina. Diduga mesin pesawat rusak setelah pesawat menerjang sekelompok burung.

Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu karena sang pilot, Kapten Chelsey Sullenberger, mampu mendaratkan pesawat di Sungai Hudson. Semua penumpang dan awak pesawat (155 orang) selamat.

Rekaman kotak hitam pesawat yang ditemukan Minggu mempertegas bukti adanya tabrakan fatal antara sekelompok burung dan pesawat. Cuplikan rekaman percakapan di kokpit menunjukkan, "Sekitar 90 detik setelah lepas landas, kapten berbicara tentang burung," kata Kitty Higgins, dari National Transportation Safety Board dalam konferensi pers. "Satu detik kemudian terdengar suara hantaman dan penurunan suara mesin dengan cepat. Kapten menyatakan kedua mesin kehilangan tenaga dan dia mengambil alih kendali pesawat."

Kotak hitam kedua, yang merekam data penerbangan, juga mengindikasikan kedua mesin kehilangan tenaga secara bersamaan. Rekaman itu konsisten dengan keterangan kedua pilot kepada badan keamanan transportasi. Mereka melihat sejumlah burung besar berbulu cokelat menabrak pesawat dan kedua mesin langsung mati.

Namun, badan keselamatan penerbangan masih terus meneliti penyebab pasti kecelakaan itu. Diperkirakan butuh waktu setahun untuk melengkapi laporan kecelakaan tersebut.

Sullenberger sendiri telah dinyatakan sebagai pahlawan karena bisa mendaratkan pesawat tanpa menimbulkan korban jiwa, bahkan langsung diundang menghadiri pelantikan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Dia tak tahu pasti jenis burung apa yang menabrak pesawatnya. "Setelah lepas landas, dia menyatakan kaca pesawat langsung tertutup burung besar cokelat gelap," kata Higgins. "Instingnya menyatakan itu bebek, namun dia tidak yakin."

Sullenberger memang pantas disebut sebagai pahlawan. Data Bird Strike Committee USA mencatat lebih dari 200 orang di seluruh dunia tewas karena tabrakan antara burung dan pesawat terbang sejak 1988. Lebih dari 5.000 kasusbird strike atau tabrakan burung dengan pesawat ini dilaporkan U.S. Air Force pada 2007. Tabrakan ini cenderung terjadi ketika pesawat udara berada dekat dengan tanah, baik sebelum mendarat atau setelah lepas landas, ketika mesin jet berputar pada kecepatan puncak.

Insiden itu amat serius, terutama ketika burung, umumnya dari jenis camar, angsa, dan burung pemangsa seperti elang atau alap-alap, tersedot ke dalam mesin jet dan menumbuk bilah kipas mesin. Tumbukan itu membuat bilah kipas patah dan menghantam bilah lainnya sehingga membuat kerusakan mesin.

Memang sulit dibayangkan seekor burung bisa menyebabkan mesin pesawat mati. Tapi, menurut Bird Strike Committee USA, seekor angsa Kanada seberat 5,4 kilogram yang menghantam pesawat dengan kecepatan 241,4 kilometer per jam pada saat tinggal landas akan menghasilkan kekuatan berlipat ganda, bagaikan beban 454 kilogram yang dijatuhkan dari ketinggian 3 meter.

Menurut komite itu, pesawat udara besar Airbus A320 sebenarnya mampu tetap melanjutkan penerbangan setelah menabrak burung seberat 1,8 kilogram. Namun, 36 spesies burung di Amerika Utara rata-rata beratnya lebih dari itu. Bahkan burung yang lebih kecil sekalipun, semisal jalak, dapat menyebabkan kegagalan mesin sehingga komite menyebut burung kecil itu sebagai peluru berbulu karena densitasnya.

Makin tinggi perbedaan kecepatan pesawat dan burung, makin besar pula kekuatan dampak terhadap pesawat udara. Berat burung itu juga menjadi faktor penentu, namun perbedaan kecepatan merupakan faktor terbesar. Burung yang terbang berkelompok jauh lebih berbahaya karena mereka dapat menghasilkan tabrakan ganda.

Dale Oderman, Associate Professor Teknologi Penerbangan di Purdue University, Indiana, mengatakan burung memang bisa amat berbahaya bagi pesawat, terutama dalam beberapa ratus meter pertama setelah take-off---pada ketinggian burung terbang. "Tentu saja angsa atau burung besar lainnya lebih berbahaya daripada seekor burung kecil," kata Oderman. "Kecepatan keduanya bergerak menyebabkan burung tersedot ke mesin. Kerusakan tak terhindarkan karena mesin amat rapuh menghadapi tumbukan semacam itu. Mesin pasti mati."

Pada dasarnya, bila burung tersebut terlampau dekat dengan saluran mesin yang tak ubahnya seperti penyedot debu, burung akan langsung tersedot masuk. "Bagian awal sebuah mesin jet terbuat dari banyak sekali bilah kompresor," kata Oderman. "Bilah itu tidak terlalu besar dan gampang rusak. Sekalipun cuma satu bilah yang patah, bilah itu akan tertarik ke dalam mesin dan merusak segalanya seperti peluru tabur."

Pada kasus kecelakaan di Sungai Hudson, burung-burung itu tampaknya menghancurkan kedua mesin. "Kelihatannya pada kasus ini kedua mesin terkena tumbukan," ujarnya. "Saya tak akan kaget bila pesawat itu terbang melewati segerombolan burung."

Beberapa pengelola bandara telah mengambil langkah antisipatif agar pesawat aman dari bird strike. Sebagai contoh, mereka terkadang tak menanam banyak pohon di dekat lintasan karena pepohonan menjadi daerah bersarang bagi burung. Namun, mengingat lokasi La Guardia yang berdampingan dengan air, kata Oderman, sangat banyak burung air di sekitarnya.

Meski bukan barang baru, kasus tabrakan antara burung dan pesawat udara masih sering terjadi. Untuk mengetahui jenis spesies burung yang kerap beradu kekuatan dengan burung besi, dalam setiap kasus yang terjadi di Amerika, bangkai atau apa pun yang tersisa dari burung itu dikirimkan ke Laboratorium Identifikasi Bulu di Smithsonian Institution. TJANDRA DEWI | LIVESCIENCE



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/22/Ilmu_dan_Teknologi/krn.20090122.154527.id.html
Share this article :

0 komentar: