Pelajar pun Inginkan Duit dalam Pemilu

Pelajar pun Inginkan Duit dalam Pemilu
"Ada amplopnya nggak, jika ikut memilih dalam pemilu?" Itulah pertanyaan yang dilayangkan Supriyanto, siswa sekolah menengah atas negeri di Kudus. "Kalau dibayar, saya siap datang mencoblos memilih salah satu calon," tutur Sri Handayani, siswi sekolah menengah kejuruan negeri di Kudus.

Tak hanya Supriyanto dan Sri yang menanyakan soal duit dalam pemilu. Berbagai pertanyaan dan pernyataan senada juga banyak muncul dari para pelajar saat Komisi Pemilihan Umum Kudus melakukan sosialisasi ke pelajar SMA pada Sabtu lalu. Tentu saja hal tersebut mengejutkan. "Sebagian besar mereka sudah terkontaminasi politik uang," tutur Edy Supratno, anggota KPU Kudus.

Rupanya, para calon legislator tidak menarik bagi para pelajar. "Mereka hanya memikirkan individu dan kelompoknya," ujar Erna, siswi lainnya. "Mereka hidup dengan gelimpangan harta hasil korupsi," tutur Raharjo yang juga pelajar.

Bahkan ketika disarankan untuk memilih calon legislator yang bersih, mereka tetap bergeming. "Kami tidak percaya. Besok pun, caleg-caleg itu akan berbuat sama," ujar seorang pelajar.

Hampir selama sebulan berjalan, KPU Kudus melakukan sosialisasi ke 73 sekolah setingkat SMA. "Setiap hari kami melakukan sosialisasi di dua sekolah," ujar Sugiharyadi, anggota KPU yang lain.

Eni Misdayani, anggota KPU lainnya, mengaku tidak bisa menyalahkan penilaian para pelajar. Sebelumnya, sosialisasi pemilu kepada para kepala desa dan perangkatnya juga banyak yang menyinggung soal politik uang. "Wajar saja mereka tidak peduli meski sudah dibeberkan tentang sanksi pidana bagi orang-orang yang main politik uang. Sebab, tidak ada contoh orang yang dihukum," ujar Eni.

Menurut Edy Supratno, sikap para pelajar tersebut harus ditanggapi dengan positif oleh para pemimpin partai politik. "Partai harus bisa mengubah citra positif jika pemilu nanti ingin sukses," tuturnya. BANDELAN A



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/20/Berita_Utama-Jateng/krn.20090120.154262.id.html