Jeritan Hati Janda Gaza

Jeritan Hati Janda Gaza
Manal tak kuasa menyembunyikan kepedihannya setelah mengetahui suami dan tiga putranya tewas setelah mobil mereka dihantam rudal Israel pada hari pertama agresi. Ia hanya dapat menangis histeris menerima kabar duka itu. Mereka terbunuh dalam perjalanan pulang setelah membeli roti di Kota Gaza.

"Apa yang akan saya lakukan dengan putri-putri saya? Siapa yang akan mengurus kami?" kata Manal sambil meremas-remas tangannya, Rabu lalu. "Apa yang harus mereka perbuat untuk tumbuh tanpa seorang ayah atau kakak mereka?"

Perempuan 32 tahun ini sekarang harus mengurus dan membesarkan ketiga putrinya seorang diri. Tentu saja kondisi itu sangat sulit lantaran ia tidak punya pekerjaan. Kenyataan ini makin diperparah lantaran di Jalur Gaza berlaku tradisi para janda syuhada dilarang menikah lagi.

Untuk sementara, Manal dan tiga anaknya tinggal di rumah kakak iparnya di kamp pengungsi Jabaliyah, utara Kota Gaza. Keluarganya berupaya meringankan kesedihan Manal. "Kehilangannya terlalu banyak untuk ditanggung oleh seorang manusia," ujar Umm Muhammad.

Hingga hari ke-22 kemarin, serangan besar-besaran Israel ke seantero Gaza telah menewaskan lebih dari 1.100 orang, setengahnya anak-anak dan wanita. Lebih dari 5.400 lainnya cedera.

Jangankan Manal, Nida Hammuda yang terpaksa menjanda pada usia 20 tahun tak boleh kawin lagi. Nasibnya juga tak kalah mengenaskan. Pada 27 Desember tahun lalu, ia kehilangan suaminya, Ahmad; dua kakaknya, Muhammad dan Munir; serta sepupu mereka, Nasir. Keempat orang yang merupakan anggota kelompok pejuang Hamas itu terbunuh setelah jet tempur Israel menembakkan rudal ke arah bangunan kantor perhimpunan hak-hak tahanan.

"Dua hari sebelum syahidnya, suami saya memberi tahu agar saya mengurus dua putra kami dan ibunya," kata Nida. Kakak iparnya, Dua Hammuda, 27 tahun, akan membiasakan keempat anaknya salat di masjid seperti wasiat suaminya.

Jeritan Nida seolah hilang ditelan raungan jet-jet tempur Israel. AFP | FAISAL ASSEGAF



http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/20/Internasional/krn.20090120.154302.id.html