BERITA DARI ANDA UNTUK MEDIA KLATEN

Home » » Angkringan

Angkringan

Written By gusdurian on Jumat, 09 Januari 2009 | 12.16

AngkringanZarah
Hasan Aoni Aziz US
Pemerhati sosial dan energi, tinggal di Kudus.
"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya) pula" (Al-Zalzalah-Kegoncangan, Surat 99:8). Atas nama butiran zarah, debu, atau atom-atom uranium yang bertubrukan dalam tabung reaksi--dalam skala raksasa kita kenal dengan pembangkit energi bertenaga nuklir, lingkungan kita telah dipertaruhkan untuk sebuah kecemasan yang bernama kelangkaan energi.
Dalam bentuk dan definisi wadak zarah-zarah berubah nama menjadi semen atau pasir. Ketiganya, yakni uranium, semen dan pasir, di sepanjang 2008 menjadi isu lingkungan yang cukup mengguncang masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Dan keributan seolah tak bisa dihindari setiap keinginan membangun zarah, semen, dan pasir itu di masyarakat. Penduduk di sekitar pantai selatan Kulonprogo, demi mempertahankan ladang-ladang mereka, harus berhadapan dengan pemodal dan penguasa yang ingin menambang pasir besi.
Di Pati, warga Sedulur Sikep melawan pemerintah setempat dan PT Semen Gresik yang akan menambang karst di dekat sawah mereka. Di hadapan Gubernur Jawa Tangah Bibit Waluyo, Mbah Tarno, tokoh Sedulur Sikep itu, mengatakan, "Aku ora ngekon, yo ora ngrawehi," (saya tak menyuruh, juga tidak melarang). Mengingatkan perlawanan diam pemimpin mereka yang bernama Samin Santiko di zaman Belanda dulu.
Amuk warga atas rencana penambangan pasir besi juga terjadi di Desa Balong, Jepara. Warga yang selama ini gagah berani menolak pembangunan PLTN Fissi Muria di tapak desa itu melawan pemerintah lokal dan pemodal.
Setara dengan PLTN, semen dan pasir besi akan mengubah wajah lingkungan menjadi muram. Kecuali kalau kita tetap menjaganya dari kecurangan amdal dan pencurian alam.
Mengapa harus menolak? Jawabannya dikatakan oleh penganjur nuklir Alvin M. Weinberg. Kata Weinberg, menerima PLTN sama saja membuat perjanjian dengan iblis. Mengingatkan kita pada sebuah opera "Faust" karya Charles Gounod.

Faust, filsuf renta yang harapan hidupnya menipis setelah buntu memecahkan masalah keilmuan, mendapati Marqeurite yang cantik di bawah jendela loteng tempat dia bersiaga bunuh diri. Ia terpesona oleh kecantikan gadis itu, lalu membuat perjanjian dengan iblis Mephistopeles. Sang iblis menjanjikan cinta Marqeurite untuk Faust jika Faust menyerahkan pengabdian sepanjang hidupnya untuk Mephistopeles.
Seperti nama surat tentang dosa sebutir zarah itu, kerusakan lingkungan adalah Al-zalzalah. Kejahatan terhadap alam akan dihitung sebanyak butiran zarah yang mereka ciptakan.
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/01/08/Berita_Utama-Jateng/krn.20090108.153108.id.html
Share this article :

0 komentar: