Rinding, Alat Musik Asli Gunungkidul Peninggalan Majapahit yang Kini
Mendunia
*Dimainkan saat Panen untuk Menghormati Dewi Sri*
Mungkin tak banyak masyarakat yang mengenal alat musik rinding. Melihat
bentuknya saja barangkali belum pernah, apalagi mendengarkan suaranya.
Tapi, siapa sangka, alat musik tradisional asli Gunungkidul itu sudah
mendunia.
*HENRI SAPUTRO, Gunungkidul*
---
*RINDING *adalah sebuah alat musik tiup berbahan dasar bambu berbentuk
pipih persegi panjang. Di salah satu ujung sisi lebar, dibentuk pengait.
Kemudian, di permukaannya dibuat lubang berbentuk cawang. Lubang itulah
yang nanti akan menghasilkan bunyi. Setidaknya, ada dua macam ukuran
rinding, yakni 5 x 20 cm dan 4 x 15 cm.
Untuk bisa melahirkan sebuah harmoni nan merdu, rinding harus dimainkan
bersama-sama secara berkelompok. Cara memainkan rinding ialah
menempelkan permukaannya di mulut. Tangan kiri memegangi ujung rinding.
Untuk bisa menghasilkan bunyi, udara dari rongga mulut harus diembuskan
ke rongga rinding seraya tangan kanan mengentak-entakkan tali pengait.
Tali itulah yang nanti akan memancing bunyi dari permukaan bambu dan
menimbulkan bunyi /tung/... /tung/.../tung/...
Alat musik tersebut dipercaya masyarakat sebagai ritual penghormatan
kepada Dewi Sri, dewi sahabat petani penganugerah padi. Konon, alat
musik itu sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Kerabat dari
Majapahit-lah yang disebut-sebut menciptakan alat musik itu.
Alkisah, Rara Resmi melarikan diri bersama dua putranya, Gading Mas dan
Onggocolo. Rara Resmi merupakan selir Raja Majapahit Raden Brawijaya.
Rara Resmi melarikan diri karena merasa Majapahit hampir runtuh.
Majapahit saat itu sudah terancam dengan mulai masuknya agama Islam ke
nusantara.
Pelarian mereka berujung di wilayah Wonosadi, Gunungkidul. Di sini
mereka berbaur dengan masyarakat pribumi. Karena merupakan keturunan
darah biru, warga pun menaruh hormat kepada keluarga itu.
Rara Resmi dan kedua putranya juga berbaur dengan masyarakat Wonosadi.
Singkat kata, mereka pun diangkat sebagai pemimpin. Dua putra Rara Resmi
tersebut ternyata mempunyai bakat yang berlainan. Gading Mas amat tekun
dan tertarik untuk mendalami ilmu kanuragan, sedangkan Onggocolo
mengajari penduduk kesenian.
Onggocolo-lah yang menemukan alat musik rinding itu. Konon, alat musik
tersebut diciptakan Onggocolo saat bertapa di tengah hutan Wonosadi,
hutan yang dia rintis sendiri untuk memenuhi kebutuhan air bagi warga
Wonosadi. Alat musik itu kemudian dilestarikan anak-cucunya. Seiring
dengan berjalannya waktu, rinding dimainkan setiap kali musim panen tiba
untuk menghormati Dewi Sri.
Sampai saat ini alat musik tersebut masih dilestarikan warga Dusun
Sidorejo, Beji, Ngawen, Gunungkidul. Warga desa itu yang menghuni kaki
hutan Wonosadi. Rinding sempat tenggelam pada medio 1960-1980.
Salah satu pegiat alat musik tersebut adalah Sudiyo. Pada awal 1980-an,
seiring dengan aktivitasnya yang memasuki usia pensiun, Sudiyo
berinisiatif untuk membangkitkan kesenian itu. "Saya merasa terpanggil
untuk membangkitkan kesenian ini. Semasa kecil, bapak mengajari cara
untuk membuatnya. Beruntung saya masih ingat," tutur Sudiyo.
Selain bermusik, Sudiyo memproduksi rinding. Romantisme yang ditimbulkan
dari bunyi alat musik rinding ternyata mengundang ketertarikan
tetangganya, terutama yang sebaya dengan Sudiyo.
Satu per satu mereka datang ke rumah Sudiyo untuk bersama-sama bermain
rinding. Tak perlu heran. Sebab, di era 50-an, rinding dijadikan sebagai
media /relationship/ pemuda dan pemudi di dusun itu. "Banyak yang
mendapatkan jodoh karena pintar memainkan rinding," ungkap Sudiyo seraya
tersenyum.
Rutinitas bermain rinding membuat dusun mereka seakan kembali hidup.
Aktivitas melestarikan rinding mencapai puncaknya pada sekitar 2000.
Kepiawaian warga Sidorejo didengar Pemkab Gunungkidul. Mereka pun kerap
diundang untuk mengisi acara-acara yang dihelat pemkab. Lagu-lagu yang
dimainkan pun semakin beragam. Dari lagu-lagu tradisional hingga
campursari.
Sekitar 2001, Sudiyo dan warga Sidorejo kemudian terpilih sebagai duta
seni Jogjakarta untuk acara temu budaya tingkat nasional di Makassar.
Sudiyo dan kelompoknya juga sering diminta untuk mengisi acara-acara
kebudayaan yang diselenggarakan di Jakarta maupun di luar Jawa.
*(*/jpnn/ruk)
http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=74559
Home »
kebudayaan
» Rinding, Alat Musik Asli Gunungkidul Peninggalan Majapahit yang Kini
Rinding, Alat Musik Asli Gunungkidul Peninggalan Majapahit yang Kini
Written By gusdurian on Jumat, 12 Juni 2009 | 14.30
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar