Alasan Sri Sultan X Menuju Istana
RM Talib Puspokusumo, mantan Konsul Jenderal RI di Houston, Texas, Amerika Serikat
Nama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja Keraton Yogyakarta, belakangan ini semakin diperhitungkan dalam panggung politik pemilihan presiden. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengincarnya untuk dijadikan pendamping calon presiden Megawati. Tapi Sri Sultan Hamengku Buwono X selalu menyatakan bahwa pencalonannya sebagai presiden, bukan wakil. Sebagian pendukungnya bahkan menyatakan akan menarik dukungan mereka jika Sultan X bersedia hanya menjadi calon wakil presiden.
Ketika Sri Sultan X akhirnya menyatakan kesediaannya menjadi calon presiden untuk Pemilihan Umum 2009, tentulah tebersit dalam benak beliau sejumlah alasan yang reasonable yang melatarbelakangi pernyataan itu. Mari berandai-andai tulisan ini bisa ikut menjelaskan alasan-alasan di belakang keputusan yang jelas tak gampang itu.
Seperti diketahui, Sri Sultan X baru menyatakan siap maju menjadi calon presiden pada 28 Oktober 2008 setelah sebelumnya selalu menjawab kepada media dengan jawaban yang tidak jelas. Ada jawaban yang memperlihatkan taktiknya. "Saya tidak mau menjadi jago belehan," kata Sri Sultan X. Jago belehan berarti calon yang dijagokan hanya untuk kalah. Pada kesempatan lain, Sri Sultan beralasan soal undang-undang. Sering juga beliau menyatakan menunggu permintaan rakyat dan partai untuk mau dicalonkan. Fakta itu menunjukkan bahwa Sri Sultan X tidak gegabah dalam menyatakan keputusannya dan sudah mempertimbangkan aspek-aspek obyektif dan aspek-aspek subyektif yang mengitari persoalan pencalonan presiden.
Ada aspek-aspek obyektif yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Pertama, Undang-Undang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang sudah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan bahwa partai dan gabungan partai yang berhasil mengumpulkan suara 20 persen berhak mengajukan calon presiden dan wakil presiden. Undang-undang ini otomatis juga menutup kemungkinan calon presiden dari kalangan independen. Secara tidak langsung, undang-undang ini hanya akan menghasilkan dua calon presiden dari partai-partai besar. Kondisi ini kurang sehat untuk pengembangan demokrasi. Karena itu, dibutuhkan satu calon alternatif yang kuat.
Kedua, adanya partai, yaitu Partai Republik Nusantara yang dipimpin oleh cendekiawan Muslim Abdurrahman, yang meminta Sri Sultan X bersedia dicalonkan menjadi presiden pada Pemilu 2009. Dukungan riil partai ini, walaupun dari partai baru dan belum jelas dukungan rakyat yang kemungkinan diperolehnya, ditunggu oleh Sri Sultan X seperti dinyatakan oleh beliau dalam beberapa kesempatan kepada media. Maklumlah, walaupun Sri Sultan X kader Golongan Karya yang berpengaruh, Golkar sebagai partai baru akan menentukan calon presiden setelah mengetahui hasil pemilu legislatif pada 2009.
Ketiga, adanya permintaan dan dukungan sebagian masyarakat Yogyakarta dan sejumlah raja se-Nusantara kepada Sri Sultan X untuk maju menjadi calon presiden. Dukungan itu nyata dan diperlukan oleh Sri Sultan X, yang masih memegang teguh amanat orang tuanya, Sri Sultan IX, yang berpesan agar Sri Sultan X tidak berambisi mengejar kekuasaan. Permintaan sebagian masyarakat itu menjadi pembenaran atas kesediaannya--dengan niat untuk mengabdi kepada masyarakat--untuk dicalonkan menjadi presiden.
Keempat, adanya tim--kemudian disebut Tim Pelangi, yang dipimpin oleh pengamat politik Sukardi Rinakit dan sineas Garin Nugroho--yang mendorong dan membuka wawasan Sri Sultan X agar bersedia mencalonkan diri menjadi presiden. Di mata Sukardi Rinakit, Sri Sultan X adalah satu dari empat tokoh reformasi bersama Amien Rais, Megawati, dan Abdurrahman Wahid yang belum memperoleh kesempatan untuk memegang kekuasaan di tingkat pemerintah pusat.
Selain faktor-faktor obyektif, ada sejumlah faktor subyektif yang melatarbelakangi kesediaan Sri Sultan X untuk menjadi calon presiden. Pertama, panggilan nurani. Dengar saja pertimbangannya untuk pencalonan itu. "Ingin perubahan. Saya tidak tahan dengan penderitaan masyarakat, rakyat tetap miskin dan menganggur. Sepuluh tahun reformasi tidak ada perubahan fundamental yang mengubah bangsa ini untuk maju, sejahtera, dan pemerintah yang akuntabel," kata Sri Sultan X dalam Pisowanan Agung di Yogyakarta, 28 Oktober 2008, seperti dikutip media-media.
Kesediaan Sri Sultan X menjadi calon presiden secara tidak langsung merupakan kritik atas kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai kurang berhasil, kalau tidak dikatakan gagal, memajukan dan menyejahterakan rakyat Indonesia. Dalam arti lain, Sri Sultan X yang tak berambisi menjadi presiden "terpaksa" turun tangan untuk "memberesi" Indonesia. Ketidakberhasilan pemerintah Yudhoyono ini sebetulnya juga bisa dilihat indikasinya dari banyaknya tokoh yang berani mencalonkan diri menjadi presiden.
Kedua, faktor usia. Sri Sultan X kini berusia 62 tahun. Kalau beliau tidak mencalonkan diri sebagai presiden pada 2009, beliau pasti akan kehilangan momentum. Sekarang saja sudah sangat santer isu agar calon presiden berusia muda--di bawah 40 tahun--apalagi lima tahun mendatang. Momentum Sri Sultan X adalah Pemilu 2009. Lihat saja, dengan Undang-Undang Pemilu yang diberlakukan sekarang, praktis diperkirakan hanya partai besar Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memenuhi syarat untuk mengajukan calon presiden. Padahal PDIP tak punya alternatif calon presiden selain Megawati, dan Golkar kemungkinan besar akan mendukung Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden yang berpasangan dengan Jusuf Kalla (Ketua Umum Partai Golkar) sebagai wakil presiden.
Calon lain? Banyak orang melirik Sri Sultan Hamengku Buwono X. Kendaraan politiknya? Ada suara santer dari Roy B.B. Janis, mantan pengurus PDIP, agar Megawati menyerahkan peluangnya ke Sultan X saja. Megawati disarankan bersedia sekadar menjadi king maker. Lalu, ada Partai Keadilan Sejahtera yang potensi kekuatan politiknya masih terbuka untuk dipakai apa saja. Lalu, ada koalisi partai-partai bersemangat reformasi, seperti Partai Amanat Nasional, yang diharapkan bisa mencari calon alternatif. Jadi, mari kita berdoa saja sesuatu yang terbaik untuk bangsa. *
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/02/04/Opini/krn.20090204.155732.id.html
Alasan Sri Sultan X Menuju Istana
Written By gusdurian on Jumat, 13 Februari 2009 | 12.09
Related Games
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar